Pak Bupati, Ini Ungkapan Guru Tidak Tetap di Pacitan Pada Hari Kemerdekaan

Pak Bupati, Ini Ungkapan Guru Tidak Tetap di Pacitan Pada Hari Kemerdekaan

TerasJatim.com, Pacitan – Di hari perayaan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 74 ini, tak sedikit warga Indonesia yang belum bisa merasakan arti kemerdekaan sebenarnya. Termasuk sejumlah tenaga pendidik atau guru yang berstatus non pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Pacitan Jatim.

Kepada TerasJatim.com, sejumlah guru tidak tetap (GTT) di bawah naungan Dinas Pendidikan Pacitan mengaku belum bisa merasakan merdeka, bahkan masih mereka mengaku kecewa. Kekecewaan itu muncul ketika honor yang diterima masih jauh dari kata layak atau masih jauh dari upah minimum kabupaten (UMK).

“Negara memang sudah merdeka, tapi kemerdekaan belum bisa dirasakan secara luas, salah satunya bagi guru honorer yang menerima upah sangat minim. Padahal tanggung jawab dan tuntutan mencerdaskan anak didik tidak kalah dengan yang sudah PNS,” ungkap salah satu GTT di salah satu sekolah dasar (SD) di Pacitan, yang enggan disebutkan namanya, Sabtu (17/08/19).

Meski demikian, ia mengaku bersyukur dan mencoba belajar lebih ikhlas dalam menjalani profesi yang di embannya sejak 2006 silam. “Mau tidak mau ya tetap dijalani saja dulu, sambil cari usaha sampingan buat tambah-tambah pemasukan. Mencoba ikhlas saja biar bermanfaat,” imbuh bapak 2 anak.

Ditemui di tempat berbeda, hal senada pun diungkapkan Fitri (sebutan) guru honorer lainnya, yang juga mengaku belum merdeka, meski usia kemerdekaan Indonesia sudah 74 tahun.

“Terus terang belum bisa merasakan merdeka. Guru PNS di Pacitan juga masih sangat kurang, beban kinerja sebagian GTT tidak kalah sama yang PNS, mulai pegang kelas dan sebagainya. Padahal malah sering juga disuruh-suruh inilah, itulah sama yang sudah PNS,” keluhnya.

Disinggung soal upah yang diterimanya, ia mengaku hanya cukup untuk beli bensin saja. Menurutnya, hal itu tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, terlebih sebagai ibu rumah tangga.

“Kalau upah sekitar Rp100 ribu, ya cukup untuk bensin saja. Tapi beda-beda dengan sekolah lain tergantung kebijakan sekolah saja. Lha untuk pemasukan lain ya kadang buka les dan jualan online, itung-itung bantu suami,” katanya.

Menurut Ita (panggilan) yang juga bekerja sebagai guru tidak tetap di Dinas Pendidikan Pacitan mengungkapkan, bahwa kemerdekaan ini baru dinikmati oleh sekelompok orang-orang yang memiliki pekerjaan dengan gaji layak, jabatan dan juga kekuasaan. Namun, salah satu profesi, yakni guru honorer belum bisa dikatakan merdeka.

“Negara merdeka bukan terbebas dari penjajah saja. Merdeka itu akan terwujud jika semua rakyat telah merasakan hidup makmur, cinta tanah air dan memiliki rasa nasionalisme kepada bangsa yang tinggi. Namun, kita tetap menghargai jasa para pejuang,” ujarnya.

Seorang pendidik tentunya memiliki harapan tersendiri, bukan hanya harapan saja ataupun wacana perbaikan di bidang pendidikan. Namun para guru non PNS tersebut berharap kepada generasi penerus bangsa yang telah mereka didik, dapat menjadi individu yang memberikan manfaat baik pada bangsa maupun negara.

“Setidaknya, ilmu yang pernah diajarkan kepada anak didik bisa bermanfaat ke depannya. Dan saya berharap kemerdekaan yang sesungguhnya bisa dirasakan semua kalangan masyarakat, terutama dari segi kemakmuran ekonomi,” harapnya.

Menanggapi hal itu, Bupati Pacitan Indartato mengatakan, terkait guru honorer memang masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama. Mengingat, selain gaji yang diterimanya sangat minim, di Pacitan sendiri juga masih sangat kekurangan guru PNS.

“Itu masalah yang kita hadapi sampai saat ini. Perlu diketahui bahwa mulai tahun 2005 tidak ada pengangkatan guru honorer, sehingga pemerintah daerah tidak bisa berbuat apa-apa dan kalau melanggar itu saya nanti malah kena masalah,” ujarnya, seusai upacara HUT RI ke 74 di Pendapa Kabupaten Pacitan, Sabtu (17/08/19) siang.

Terkait hal tersebut, Indartato mengaku sudah menyampaikan kepada Menteri Pendidikan, baik terkait masih kurangnya guru PNS di Pacitan maupun nasib guru honorer ke depannya.

“Keberadaan guru sukarelawan ini gajinya tidak sesuai harapan dan ini tantangan kita semua. Mimpi saya itu, mugo-mugo (mudah-mudahan) rakyat Pacitan sugih (kaya), sehingga pajaknya besar bisa bangun Pacitan,” pungkasnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim