Penanganan Bencana Pacitan, Sejumlah Titik Masih Dikaji dan Butuh Dana Besar

Penanganan Bencana Pacitan, Sejumlah Titik Masih Dikaji dan Butuh Dana Besar

TerasJatim.com, Pacitan – Bencana alam yang terjadi di sejumlah tempat di Kabupaten Pacitan, Jatim, cukup menyisakan luka. Selain sebagian warga terisolir, penanganannya pun tidak mudah, mengingat letak geografis di Kota 1001 Gua itu 85 persennya merupakan perbukitan.

Namun demikian, pemerintah setempat salah satunya melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUR), sudah bergerak memberikan penanganan darurat, mulai dengan menerjunkan alat berat ke beberapa titik kejadian hingga membuat analisa maupun kajian untuk penanganan lebih lanjut.

Seperti halnya penanganan yang diberikan pada badan jalan longsor di Dusun Cabe, Desa Wonodadi Kulon, Kecamatan Ngadirojo.

“Kemarin kita cek lokasi ke beberapa titik, memang ini perlu penanganan yang segera. Tetapi kita inventarisasi dulu mana-mana yang bisa dikerjakan dengan masyarakat, kita kerjasama dengan desa,” kata Suparlan, Kepala Dinas PUPR Pacitan, di ruang kerjanya, Selasa (04/10/2022).

“Seperti jembatan dan badan jalan yang longsor itu kita inventarisir, kita hitung kira-kira biayanya butuh berapa untuk penanganan darurat ini, nanti kita ajukan melalui anggaran BTT (Belanja Tak Terduga),” sambungnya.

Di sisi lain, Suparlan mengklaim sudah menerjunkan alat berat usai kejadian atau setelah pihaknya meninjau lokasi terjadinya bencana alam. “Kemarin kita sudah terjunkan alat berat, satu wheel loader. Kebetulan kita punya dua lagor bekas dan kita kirim ke sana (Wonodadi Kulon) untuk pembuatan jalan darurat,” klaimnya.

“Baru satu titik yang kita tangani (badan jalan longsor) yang dekat rumah itu, karena sudah kritis maka kita antisipasi agar sepeda motor tetep bisa lewat dan kita buat jembatan darurat,” timpal Suparlan, menjelaskan.

Menurutnya, dilihat dari kaca mata teknis untuk penanganan titik longsor pada badan jalan di Dusun Cabe itu butuh bronjong. Gagasan pemberian bronjong tersebut, kata dia, sudah diperhitungkan bagaimana dampak positif dan negatifnya.

“Menurut hemat kami dari sisi teknis, satu titik itu butuh bronjong. Kalau dipasang talud yang sifatnya rigid itu sangat bahaya, karena di dalamnya itu ada sumber air. Ketika air penuh, maka tekanannya jadi sangat besar,” terangnya.

Sedangkan untuk Jembatan Gandu, lanjut Suparlan, saat diukur memiliki panjang mencapai 18 meter. Karena cukup panjang, pihaknya masih perlu mengkaji dengan sejumlah pihak bagaimana kontruksi untuk jembatan yang hendak dibuat nantinya.

“Kemarin kita rencanakan, kita desain, dua lagor itu disambung. Ini hanya untuk sepeda motor. Kalau roda empat belum bisa, karena sangat berat sehingga butuh biaya yang cukup besar,” urainya.

Mengingat untuk membuat sebuah jembatan itu butuh dana yang tidak sedikit, pemerintah setempat telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, agar memberikan sumbangsih batuan untuk penanganan terkait kejadian bencana alam di Pacitan.

“Kita sudah laporkan utamanya ke BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai), Pak bupati sudah otomatis (laporan). Ke provinsi juga sudah kita laporkan, termasuk ke gubernur. Harapannya dapat bantuan. Minimal bahan-bahan yang bisa dimanfaatkan untuk penanganan darurat,” bebernya.

Suparlan menambahkan, pemberian penanganan atas kejadian bencana di sejumlah fasilitas umum itu utamanya agar aktivitas warga maupun pengguna jalan bisa berjalan lancar.

“Yang harus kita lakukan utamanya, terjaminnya lalu lintas bisa lancar. Misal akses Ngadirojo-Wonokarto, kemarin alat berat juga ke sana, terus ke Nogosari, Tanjunglor. Alhamdulillah masyarakat luar biasa, mereka kerja bakti dan kita suport,” imbuhnya.

Sebagai informasi tambahan, dihimpun dari sejumlah sumber, tercatat ada puluhan kejadian bencana alam. Data sementara yang diketahui ada 39 rumah rusak, 1 jembatan putus hingga sejumlah ladang dan sawah tertimbun material longsor. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim