Pandemi Corona dan Cuaca Tak Bersahabat, Ini Jeritan Nelayan di Paciran Lamongan

Pandemi Corona dan Cuaca Tak Bersahabat, Ini Jeritan Nelayan di Paciran Lamongan

TerasJatim.com, Lamongan – Sebagai tempat yang dulu dikenal sebagai daerah nelayan yang menghasilkan rajungan yang terkenal hingga di mancanegara, pesisir Paciran Lamongan juga menyimpan banyak kekayaan alam, terutama kekayaan lautnya. Wilayah di bagian Utara Lamongan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa ini menjadi sumber penghasilan dari 20.058 nelayan. Ikan tongkol, kembung, swangi, teri, rajungan, cumi-cumi, udang, layur, tengiri, merupakan sejumlah jenis ikan yang biasa ditangkap oleh para nelayan Paciran.

Namun kondisi pandemi Covid–19 saat ini, membuat keadaan menjadi berubah. Bukan hanya dari jumlah ikan tangkapannya yang menurun, namun kendala cuaca yang membuat pendapatan para nelayan juga semakin menurun, karena sudah sebulan terakhir mereka tidak melaut.

Kondisi cuaca yang buruk dan keterbatasan modal menjadi sebuah kesulitan. Mau tak mau, hutang di warung terus dilakukan oleh para nelayan demi anak istrinya agar tetap bisa kenyang. Kesulitan ini semakin dirasa ketika sang anak yang masih sekolah, menggunakan pola pembelajaran daring, yang membuatnya harus mengeluarkan biaya tambahan. “Pulang nggak dapet apa-apa, anak minta uang tapi nggak bisa ngasih, sesak rasanya,” ujarnya Fandi Susanto, salah satu nelayan.

“Saya sudah menggadaikan motor, ngga bisa mbayar. Ya sudah mau gimana lagi, butuh buat makan sama modal melaut,” katanya.

“Ndak ada nelayan yang ndak punya utang, hampir 98 persen nelayan di sini pasti berhutang. Apalagi ke bank titil, lha siapa lagi yang mau minjemin kalau ndak mereka,” ujarnya.

Tak jauh berbeda dari Fendi, Muflichun (48) mengaku kesulitan membayar sekolah anaknya. Menurutnya, saat melaut mereka hanya mendapatkan penghasilan minim, bahkan seringkali tak membawa hasil apapun. “Ya gimana, pulang ndak bawa apa-apa. Gak ada uang buat bayar sekolah, ya saya bilang ke sekolahnya saya gak bisa bayar,” cetusnya.

Jeritan pilu ini adalah potret keadaan yang terjadi saat ini di pesisir Paciran Lamongan. Kondisi ini tak hanya menimpa Fendi dan Muflichun, namun hampir mayoritas nelayan pesisir Paciran mengalami hal yang sama.

Permasalahan hutang, harga pembelian dari tengkulak yang rendah, hingga permasalahan modal inilah yang kerap dihadapi para nelayan. Apalagi banyak nelayan yang sudah tua. Tak banyak anak muda yang mau melanjutkan pekerjaan orang tuanya.

Sebagai salah satu solusi dari permasalahan ini, Global Wakaf – ACT menginisiasi program “Wakaf Modal Usaha Mikro”. Wakaf Modal Usaha Mikro akan memberikan bantuan penyaluran modal untuk para pelaku usaha kecil, termasuk nelayan. Tujuannya untuk membebaskan mereka dari jeratan hutang dan riba. Harapannya, hasil yang mereka dapat pun penuh berkah.

Mashudi, selaku Program Implimentator ACT Jatim mengatakan, Aksi Cepat Tanggap terus mengkampanyekan program ini ke seluruh sudut Indonesia, dalam rangka membangun kekuatan UMKM yang kuat dan berkah.

“Kepada para dermawan yang ingin berpartisipasi dalam program Wakaf Modal Usaha Mikro, dapat menyalurkan melalui rekening BNI Syariah Nomor 101 0000 262 atas nama Yayasan Global Wakaf dengan melampirkan konfirmasi bukti transfer via Whatsapp ke 0813 3471 2660, atau datang langsung ke kantor ACT Jatim di Jl. Gayungsari Barat X No. 41, Gayungan, Surabaya, Jatim. Telp 031 8290570,” tandasnya. (Ria/Bas/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim