Wartawan “opo” Tukang Tagih Utang ?

Wartawan “opo” Tukang Tagih Utang ?

TerasJatim.com, Bojonegoro – Selasa (22/09) Hari ini ada piyantun sepuh yang datang ke rumah. Setelah saya persilakan masuk, tamu yang belum saya kenal itu, lantas memperkenalkan diri dan mengaku sengaja menemui saya untuk  wadul sesuatu yang menurutnya penting.

Setelah cukup pantas sebagai tuan rumah terhadap tamunya dengan memenuhi tradisi gupuh, lungguh lan suguh,  selanjutnya saya  menanyakan tentang maksud dan tujuannya. Namun dia malah terlihat ewuh pekewuh dan terkesan malu-malu untuk menyampaikannya.

Entah apa yang berkecamuk dalam benak si-embah kala itu. Pasalnya, ia hanya diam layaknya orang ketenggengen, sehingga hal itu tentu saja membuat saya ikut bingung dibuatnya. Akhirnya,” Kulo njaluk tulung mas”, begitu kata-kata pertama yang diucapkannya.

Selanjutnya dia menceritakan sebuah persoalan yang menimpa dirinya beberapa bulan lalu. Ia mengatakan bahwa selama ini bekerja sebagai pengusaha kasur dan karpet yang dipasarkan dengan cara keliling dari kota ke kota hingga luar kota bahkan sampai ke luar pulau jawa dengan memanfaatkan tenaga penjual atau salesnya.

Ia menceritakan, sudah ratusan bahkan ribuan unit kasur, baik kapuk maupun busa dan karpet, telah dipasarkannya. Jatuh bangun juga pernah ia rasakan selama menggeluti dunia perkasuran, hingga akhirnya terhitung sebagai bos sales kasur yang dianggap sukses di daerah Kecamatan Baureno, Bojonegoro. Namun demikian, belakangan ini ia harus merugi gara-gara sering di-akali oleh sejumlah sales-nya yang nakal.

“Duit mboten disetorake kulo blas, padahal barange sampun telas”, ujarnya. Dia mengeluhkan ulah sales yang menghabiskan satu kontainer kasur yang ia kirim ke Kalimantan tanpa ada uang setoran hasil penjualan sama sekali terhitung sejak 8 bulan lalu. Secara nominal, ia menyebut tak kurang dari Rp100 juta rupiah total uang setoran yang digelapkan sejumlah oknum sales nakal itu.

Puas bercerita, si-embah itu mengatakan minta tolong kepada saya untuk membantu menagihkan uang setoran tersebut, Ladalak..! “Sampean itu kan wartawan, pasti gampang nek nagihno,” tuturnya enteng dan serasa tanpa sungkan. Mendengar itu, sejujurnya saya lumayan tersinggung. Sebab selama menjadi wartawan, saya belum pernah mengetahui adanya rumus keterkaitan antara profesi wartawan dengan nagih duit. Dalam batin saya,  “ulang-ulangane sopo mbahe iki yooo ?”

Akhirnya dia mengaku karena terpaksa dan sudah judeg bagaimana cara meminta uangnya agar kembali. Akhirnya dia diarahkan oleh keponakannya untuk menemui saya, dan dia pikir saya bisa membantunya. Saya sampaikan dengan bahasa santun, jika memang mau minta tolong nagih duit apalagi duit setoran yang digelapkan, jangan ke wartawan tapi ke debt collector. Atau kalau perlu, saya antarkan untuk melaporkan saja persoalan ini ke pihak polisi.

Ternyata banyak salah kaprah. Profesi wartawan bagi sebagian masyarakat bisa difungsikan sebagai Tukang Tagih Utang”. (saiq/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim