Demi Pemudik, 11 Tahun Tak Pernah Lebaran Bareng Keluarga

Demi Pemudik, 11 Tahun Tak Pernah Lebaran Bareng Keluarga

TerasJatim.com, Malang:- Hari Raya Idul Fitri menjadi salah satu momen yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Bahkan bagi yang tinggal di perantauan, tradisi mudik menjadi hal yang lumrah dilakukan demi dapat berkumpul bersama orang-orang terdekat.

Namun momen tersebut idak dapat dirasakan oleh sebagian orang yang memiliki tugas melayani masyarakat selama libur lebaran, salah satunya adalah petugas stasiun.

Kini, kereta api menjadi salah satu moda transportasi mudik favorit masyarakat. Petugas di stasiun pun dilarang libur demi melayani masyarakat.

Seperti yang terjadi pada Radne Anyarso Tulad (41), Kepala Stasiun Kotabaru Malang ini. Ia mengaku menjadi kepala stasiun sejak tahun 2008 lalu. Sejak itu hingga kini, ia harus siap sedia bertugas mulai H-10 hingga H+10 lebaran.

“Menjadi kepala stasiun sejak tahun 2008 sampai sekarang lebaran tidak pernah dapat libur. Untuk lebaran tahun ini aturannya sama, harus stand by di awal posko lebaran pada 26 Mei sampai 16 Juni mendatang,” kata Radne.

Menurutnya, untuk petugas operasional masih bisa mendapatkan jatah libur, namun bagi petugas yang setingkat kepala UPT hingga direksi tidak boleh libur. Ketika ditanya tentang bagaimana rasanya tidak mendapatkan libur lebaran, pria asal Solo ini mengaku sudah terbiasa. “Rasanya ya biasa saja, karena sudah terbiasa. Ya saat awal-awal menjadi kepala dulu sempat down, karena tidak bisa kumpul keluarga seperti orang lain,” ungkapnya.

“Tetapi mau bagaimana lagi, karena ini memang tugas, tuntutan, tanggung jawab dan resiko jabatan yang mau tidak mau harus dijalani semaksimal mungkin,” imbuh dia.

Soal suka duka menjadi petugas operasional, Radne menilai jika dukanya tidak ada. Sebab, ia merasa jika tugas melayani masyarakat untuk mudik lebaran sudah menjadi tanggungjawab. “Duka nggak ada, karena kalau kita merasa berat akan menderita. Ini adalah kebahagiaan tersendiri dimana meski kita tidak bisa kumpul dengan keluarga, tetapi kita bisa melayani masyarakat yang ingin kumpul dengan keluarga,” tutur pria 3 anak ini.

Kewajiban sang ayah untuk melayani pemudik saat libur lebaran sempat menuai protes anak-anaknya. Bahkan salah satu anak Radne bertekad untuk tidak meneruskan jejak ayahnya menjadi kepala stasiun.

“Pengalaman menarik, waktu anak saya yang nomor dua masih kecil. Saat lebaran saya pernah bilang supaya kalau besar jadi seperti bapak, menjadi kepala stasiun. ia menjawab lantang tidak mau, karena tidak pernah pulang, tidak pernah libur. Tidak mau meneruskan bapaknya,” kata Radne sambil tertawa.

Namun kini, keluarga Radne sudah terbiasa dengan kondisi ayahnya bertugas saat lebaran. “Anak dulu protes, sekarang sudah biasa. Sudah paham kalau bapaknya tidak bisa diganggu gugat, yang penting kan keperluan lebaran mereka sudah dipenuhi semua. Nanti saya baru boleh ambil cuti bergiliran setelah tanggal 16 juni,” tandasnya. (Kta/Red/TJ/WO-KBRN)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim