Berkat Saron, Siswi SMADA Lamongan raih Medali

Berkat Saron, Siswi SMADA Lamongan raih Medali

TerasJatim.com, Lamongan – Musik adalah bahasa universal. Mungkin itu yang bisa menjadi gambaran tentang penelitian yang dilakukan oleh para siswa SMAN 2 Lamongan ini. Berkat musik, mereka berhasil meraih medali perak dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang digelar di Surabaya beberapa waktu yang lalu.

Bahkan yang menggembirakan, penelitian musik yang dilakukan para siswi ini bukan alat musik biasa tapi alat musik tradisional, yaitu alat musik Saron. Melalui alat musik Saron, Sefia dan Vina Ainurrohmah, berhasil menggondol medali perak dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) untuk siswa SLTA. Dalam penelitian mereka, mereka menemukan bahwa alat musik tradisional Saron bisa membantu mengoptimalisasi ingatan pendek (short term memory) pada anak penyandang Tuna Grahita ringan.

Sefia kepada TerasJatim.com mengatakan, latar belakang mereka hingga akhirnya membuahkan medali perak tersebut adalah mereka ingin mengoptimalkan ingatan jangka pendek yang lemah pada anak penderita tuna grahita usia 7-12 tahun. Sementara, ‎alasan mereka memilih alat musik tradisional jenis Saron ini karena alat musik tradisional gamelan ini merupakan alat musik yang mudah digunakan dan juga alat musik yang paling fleksibel dari semua jenis alat musik gamelan. “Kami juga ingin mengenalkan alat musik gamelan yang kini sudah mulai tenggelam,” katanya.

Lebih jauh, Sefia mengungkapkan, dari hasil penelitian mereka selama hampir 4 bulan diketahui, kalau alat musim Saron yang mereka mainkan secara terus menerus dengan memainkan lagu Jawa  Cublek Cublek Suweng yang merupakan lagu dolanan jawa tersebut, bisa membantu para penyandang tuna grahita untuk memperpanjang ingatan jangka pendek mereka. “Pemilihan lagu inipun  karena alasan yang sederhana. Lagu ini adalah lagu dolanan anak  yang mudah diingat dan dihafalkan,” katanya.

Sefia dan Vina yang masih duduk di kelas 12 SMAN 2 Lamongan berhasil mengalahkan sejumlah rekan mereka sesama SMA dari seluruh Indonesia. Mereka beralasan melakukan penelitian terhadap penyandang tuna grahita usia 7 – 12 tahun, karena di usia  ini lebih mudah untuk mengingat sesuatu. “Peneliatan kami lakukan dengan membaginya menjadi variabel kontrol dan variabel eksperimen, dimana dalam penelitian kami anak penyandang tuna grahita dalam kategori variabel eksperimen lebih mudah mengingat,” jelasnya.

Sementara itu, Kasek SMAN 2 Lamongan, Drs. H. Muki kepada TerasJatim.com mengatakan, pada saat pelaksanaan OPSI, sekolahnya juga mendapat medali emas untuk bidang lainnya, yaitu bidang IPA untuk penelitian tentang burung Trulek Jawa. Selain itu,  pihaknya juga mendapatkan medali lain untuk penelitian di bidang lainnya.(Crus/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim