Awas! Di Pacitan Sedang Tren ‘Kadreng’, Ini Gejalanya

Awas! Di Pacitan Sedang Tren ‘Kadreng’, Ini Gejalanya

TerasJatim.com, Pacitan – Dalam beberapa bulan terakhir, di Kabupaten Pacitan, Jatim, terjadi fenomena sakit yang sering terjadi ketika pancaroba atau pergantian musim. Rata-rata para penderita mudah kambuh dengan waktu singkat.

Kasus dengan gejala seperti panas, batuk, pilek disertai demam dan muntah-muntah itu, dapat ditemui hampir di seluruh wilayah di Pacitan.

Pantauan TerasJatim.com di sejumlah tempat, selain menyerang anak-anak, para orang dewasa dan lansia pun tak luput dari incaran penyakit tersebut. Selain alami gejala serupa, sejumlah penderita merasa sedikit ada perbedaan dengan sakit yang diderita sebelumnya, baik ketika mulai terserang hingga lama waktu sembuh.

“Biasanya kalau sudah ke dokter, 2 hari sudah mendingan. Tapi ini sampai obat habis belum ada tanda-tanda sembuh total. Badan rasanya masih dingin-dingin gimana gitu, dan kalau makan di mulut masih pahit saja rasanya,” kata Mursid, salah satu penderita saat ditemui di salah satu dokter praktik di Pacitan, Jumat (30/09/2022).

“Ini tadi kontrol. Kata dokter arahnya bisa gejala tiphes dan bisa juga hanya penyakit biasa (pancaroba) ringan, tapi untuk pastinya harus uji ke laboratorium, cek darah,” sambung pria 33 tahun.

Bapak 2 anak itu bercerita, sebelumnya gejala serupa juga dialami istri dan salah satu buah hatinya. Kata dia, istrinya bisa aktifitas seperti biasa memakan waktu sekitar 2 minggu. Sedangkan anaknya yang masih sekolah di Taman Kanak-Kanak, 2 minggu lebih baru masuk sekolah.

“Istri dan anak saya itu sakitnya hampir bersamaan. Gejalanya mirip, kalau anak sedikit beda, awalnya panas naik turun. Tiga hari mendingan terus sekolah, pulangnya panas lagi, terus ada batuk, pilek, muntah, dan baru sekolah lagi Selasa (27/09). Sekitar 15 hari (di rumah). Kata dokter sih amandel, pas di cek memang amandelnya sebesar ujung jari telunjuk,” terang Mursid, menambahkan.

Sejumlah warga lainnya yang mengalami gejala serupa mengaku, jika sakit yang dirasakan itu memang berbeda dengan sebelumnya. Terutama rentan waktu ketika mulai terserang hingga untuk kata sembuh yang memakan waktu tidak sebentar.

“Iya sedikit beda. Proses untuk sembuh lama, ini saja sudah 6 hari, badan masih belum enak buat aktifitas. Kalau saya awalnya pilek, terus demam. Biasanya itu minum obat beli di warung langsung ces pleng, tapi sampai obat habis gak ngefek. Akhirnya ya ke dokter lah,” ujar Yoyok, saat ditemui TerasJatim.com, di sela-sela menunggu putrinya rawat inap di rumah sakit setempat dengan sakit serupa.

Sebelumnya, lanjut Yoyok, kasus serupa juga dialami para tetangga di tempat tinggalnya. Kata dia, masa atau waktu penyembuhannya bervariasi, dan tergantung dengan kondisi tubuh dari para penderitanya. “Ada tetangga itu yang dua/tiga hari sembuh, terus buat aktifitas lalu kambuh lagi. Istilah Jawanya ‘Kadreng’. Itu sampai berhari-hari lho, dan bukan hanya satu atau dua orang saja,” katanya.

“Pas ngobrol sama tetangga, ada di beberapa sekolah itu satu kelas yang masuk hanya separuh, bahkan ada yang hanya beberapa anak saja. Rata-rata sakitnya sama. Ya, semoga saja fenomena ini cepat berlalu dan kembali normal,” timpal Yoyok, menambahkan.

Dilihat dari laporan di Unit Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ( IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Darsono Pacitan, kasus itu banyak menyerang pada anak-anak.

Hal itu terbukti adanya peningkatan hunian ruang anak di ruang Soka B. Prosentase tingkat hunian atau bed occupation rate (BOR) mencapai 113 persen pada minggu ke empat di Bulan September, atau ada peningkatan dari sebelumnya yang hanya hanya di angka 60 persen.

“Ruangan penuh kecuali (ruang) Wijaya kusuma,” kata dr. Netty Nurnaningtyas, Sp.EM, dokter Spesialis Emergency Medicine RSUD dr. Darsono Pacitan.

Data dalam 3 bulan terakhir, kasus tersebut sebenarnya sudah mulai terlihat. Sedangkan dalam perkembangannya, di setiap harinya terus mengalami peningkatan.

Tercatat, pada Juli 2022 lalu penderita yang dirawat di rumah sakit setempat ada 78 pasien. Kemudian, jumlah itu meningkat di bulan Agustus menjadi 119 pasien. Sedangkan mulai awal September hingga minggu terakhir ini, Rumah Sakit dr Darsono merawat hampir 200 pasien usia anak hingga lansia, dengan kasus serupa.

Angka tersebut, belum termasuk pasien yang dirawat atau menjalani pengobatan di sejumlah pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), pos pembantu kesehatan dan dokter praktik.

“Sebagian besar pasien merupakan anak pada usia balita, remaja sampai lanjut usia. Keluhannya hampir sama, batuk pilek, demam dan muntah muntah. Setelah menjalani pemeriksaan awal di UGD, kami anjurkan untuk rawat inap, agar intensif menjalani perawatan dokter spesialis,” jelas dr. Netty.

Sejauh ini, lanjutnya, pemantauan dan penyelidikan epidemiologi serta upaya penanggulangan intensif ke setiap puskesmas yang kebanjiran pasien masih belum dilakukan. Sedangkan pasien dengan gejala klinis serupa terus berdatangan memenuhi bangsal-bangsal perawatan, baik di puskemas maupun rumah sakit.

Meski demikian, pihaknya mengajak masyarakat untuk tetap menjaga gaya hidup sehat, mulai menggunakan masker hingga mengurangi interaksi dengan penderita untuk sementara waktu. Terlebih, cuaca saat ini yang tidak menentu.

“Ayo maskernya dipakai lagi. Jangan abai. Jaga pola hidup sehat, siapa lagi kalau bukan kita sendiri yang peduli akan kesehatan diri,” tukasnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim