Lumpuh Membuatnya Bangkit Untuk Mandiri

Lumpuh Membuatnya Bangkit Untuk Mandiri
Ninik Supraptini (40), saat menerima TerasJatim di tempat les privatnya

TerasJatim.com, Malang – Ninik Supraptini (40) warga Jalan Lakda AdiSucipto Gang 8  RT 05 RW 05 Kelurahan Blimbing Kecamatan Blimbing Kota Malang, mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan  yang menimpanya tahun 1992 lalu.

Wanita ini bangkit dengan berbekal kepandaian dan kemampuan memberikan les privat kepada anak-anak tetangga sekitarnya, agar tidak menjadi beban bagi saudara- saudaranya.

Peristiwa kelam  itu berawal saat dirinya bersama rekanya berboncengan sepeda motor Tahun 1992 di Jalan Sunandar  Priyosudarmo, dirinya mengalami kecelakaan yang menyebabkan tulang belakang miliknya patah dan di bagian belakang ada lima ruas yang mengalami retak.

Dari dampak kecelakaan itu, kelumpuhan menimpa dirinya sehingga saat ini dirinya harus berjalan dengan alat bantu agar bisa menjalani kehidupanya secara normal.

Perempuan alumnus SMAN 4 Kota Malang ini mengaku, waktu itu dirinya sudah mendapatkan beasiswa masuk di Universitas Brawijaya MIPA Biologi. Tetapi impian itu sirna akibat kecelakaan tersebut, “Mungkin ini sudah takdire Gusti Allah, mau diapakan. Tetapi saya tetap harus bangkit untuk anak-anak didik saya,” ujarnya lirih.

Putri kelima dari pasangan (Alm) Djatmiko Haryo Pranoto dan (Almh) Yatinahini tahun 1996 bangkit, setelah sang Kakak Endang Prasetyowati yang biasa memberikan les privat ini harus pindah mengikuti sang suami di daerah Polowijen.

Tali estafet ini diserahkan kepada dirinya untuk memberikan pekerjaan ini sebagai hiburan dan keinginan dirinya mendapatkan penghasilan agar tidak menjadi beban bagi saudara-saudaranya. “Awal sangat berat, tetapi saat teringat musibah itu dijaadikan sebagai pelecut dan diambil hikmah dari Tuhan untuk bangkit dengan niatan mulia demi mencerdaskan anak-anak, sekaligusmemberikan pendidikan karakter mencintai negeri ini,” tekadnya.

Dirinya mendirikan les privat yang diberi nama Ninieks Course ini, sebagai bentuk kepeduian terhadap pendidikan. Apalagi saat ini banyak peserta didiknya yang mengeluhkan kurikulum 13 yang dianggapnya masih sangat sulit.

“Akibat banyak guru yang hanya memberi PR  tapi tidak dijelaskan, kita guru les ini yang bersusah payah untuk memberikan pemahaman bagi anak-anak,” ungkapnya.

Meskipun usaha ini targetnya hanya ingin dirinya tidak menjadi tergantung kepada saudara-saudaranya, namun dirinya merasa mempunyai tanggung jawab besar bagi kesuksesan anak didiknya. “Yang penting saya bisa mandiri dan tidakmenjadi beban saudara-saudara saya,” Sambungnya .

Pasca  menerima tali estafet dari sang kakak, dirinya mengaku hanya mempunyai dua anak didik, Pendapatan perbulan yang ia terima saat itu hanya Rp 15 ribu. Tetapi saat ini siswanya sudah di kisaran 40-60 peserta yang berasal dari warga sekitar kampungnya.

Dirinya mengaku, tidak pernah mematok tarip harga kursus kepada orang tua siswa, dan hanya sesuai dengan kemampuan orang tua saja.

“Ini semua saya jalani demi membantu mencerdaskan anak bangsa serta mencintai negeri untuk peduli terhadap lingkunganya. Yang penting hidup ini kita jalani dengan ikhlas saja,” Pungkasnya. (Sla/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim