Imbas 140 Sapi di Lamongan Terjangkit PMK, Bupati Yes Tutup Pasar Hewan

Imbas 140 Sapi di Lamongan Terjangkit PMK, Bupati Yes Tutup Pasar Hewan

TerasJatim.com, Lamongan – Menyikapi maraknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak, khususnya sapi, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, menutup pasar hewan yang ada di wilayahnya. Pasalnya, Lamongan menjadi salah satu kabupaten di Jatim yang terkonfirmasi wabah tersebut.

“Kami tutup pasar hewan yang ada di Lamongan, terdapat 2 pasar hewan besar di Lamongan dan Babat. Pasar hewan kontemporer atau kecil juga menyesuaikan ditutup juga untuk menghindari penularan yang lebih besar di Lamongan,” ungkap Pak Yes, saat melakukan peninjauan pengobatan wabah Penyakit Mulut dan Kuku di Desa Soko, Kecamatan Tikung, Minggu (08/05/2022) kemarin.

Menurut dia, di Lamongan sendiri kasus positif terjangikiti PMK dilaporkan pada 1 Mei 2022. Dimana terhitung 140 sapi potong yang terindikasi PMK dan tersebar di 3 kecamatan dan 6 desa.

Dia menyebut, tanda-tanda klinis ternak yang terkontaminasi dengan wabah tersebut berupa demam tinggi 39° celcius sampai dengan 41° celcius, keluar lendir berlebihan dari mulut disertai busa, terdapat pula luka-luka menyerupai sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak makan, kaki pincang, luka pada kaki dan disusul kuku mengelupas, sulit berdiri, gemetar, nafas cepat, produksi susu menurun dengan drastis dan berangsur menurun berat badan pada hewan.

Pak Yes menambahkan, penutupan pasar hewan dinyatakan belum mempengaruhi kondisi kebutuhan, pasalnya pemenuhan kebutuhan daging sapi masih terhitung cukup.

“Untuk sementara penutupan pada pasar hewan ini belum mempengaruhi kondisi kebutuhan kita, karena persiapan yang lalu masih cukuplah untuk kasus ini,” tutur dia.

Sementara, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, memaparkan hasil dari koordinasi marathon asal-usul penyebab wabah PMK yang telah dilakukan bersama 4 kepala daerah yang wilayahnya terjangkiti yakni Lamongan, Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) dan Balai Besar Veteriner Wates.

“Rapat koordinasi maraton dari pagi untuk menemu kenali PMK, karena pada dasarnya tahun 1986 Indonesia dinyatakan bebas penyakit mulut dan kuku bagi ternak. Maka dari itu kita telusuri asal-usul dari penyakit ini. Kita mendapat penjelasan pada saat rapat koordinasi dengan Dirjen dan Direktur Keswan, Pak Bupati Lamongan juga hadir. Asal-usulnya kemungkinan dari import illegal kambing atau domba dari negara yang belum bebas PMK. Serta penyebarannya melalui airborne aerosol atau angin maka akan berlangsung cepat,” terang Khofifah.

Khofifah juga menegaskan, bahwa Provinsi Jatim telah melakukan pengupayaan untuk penanganan wabah PMK di daerah terkonfirmasi.

“Kayak tadi analgesik dan antibiotik serta vitamin, 3 itu yang disuntikkan. Kita pada hari Jumat kondisi obat masih sangat tipis dan kemdian langsung dikirim dari Jakarta, sehingga Jumat sore sudah sampai dan langsung kemarin serentak didistribusikan dan digunakan di seluruh sentra peternakan yang terkonfirmasi ada penyakit PMK,” tuturnya.

Disebut mirip wabah pandemi Covid 19 pada manusia, wabah PMK memiliki penangan yang serupa.

Khofifah mengingatkan, agar karantina hewan dilakukan dengan sistem karantina kandang bukan karantina per ekor. Untuk daerah yang terkonfirmasi dilarang menerima atau mengeluarkan ternak ke luar daerah tersebut, karena keberadaan vaksin masih menunggu keputusan dari pusat. (Jnr/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim