BBM Turun, Harga Pangan Meroket

BBM Turun, Harga Pangan Meroket
ilustrasi

TerasJatim.com, Ponorogo – Pemerintah resmi menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sejak 5 Januari 2016. Kini sudah lebih dari seminggu BBM turun. Namun turunnya harga BBM sekitar 15 % ini tidak serta merta diikuti oleh turunnya harga bahan pokok dan tarif  angkutan umum.

Seperti di pasar Stasiun Ponorogo yang merupakan pasar besar tempat kulakan para bakul cilik. Harga sayur, bawang merah dan cabe justru naik.

Bawang merah sebelumnya berkisar lima belas-an ribu rupiah, kini mencapai 30 ribu rupah. Cabe rawit naik drastis hingga Rp. 45.000,-. Apalagi harga  daging sapi yang mencapai Rp. 120.000,- per kg, daging ayam potong Rp. 32.000,-.

Naiknya harga bahan pokok ini membuat warga resah. “Gimana mbak harga bahan pokok semua naik. Daging, ayam, lombok, brambang semua mahal. Jare BBM mudun kok  malah koyo  ngene. Kita ibu-ibu pusing muter duit belanja tiap hari. Kudu pinter lan njlimet ben cukup,” tutur  Marini, seorang ibu yang ditemui TerasJatim di pasar stasiun.

Suasana stan pedagang kebutuhan dapur di pasar Stasiun Ponorogo

Suasana stan pedagang kebutuhan dapur di pasar Stasiun Ponorogo

Sementara itu turunnya harga BBM juga tidak berpengaruh terhadap tarif angkutan umum. “Turun cuma dikit mbak, kalau kita nurunkan tarif bisa rugi. Apalagi sekarang sepi dan jarang penumpang  yang mau naik angkodes atau mini bus. Karena banyak yang dijemput atau bawa motor sendiri,” tutur Parnun sopir minibus di terminal Seloaji Ponorogo.

Pengamat ekonomi yang tinggal di Ponorogo, Sayid Abas mengatakan, bahwa turunnya harga BBM tidak akan berpengaruh terhadap harga bahan pokok. “Turunnya harga BBM tidak serta merta diikuti oleh turunnya harga komoditas lainnya. Apalagi harga komoditas yang pemerintah sendiri tidak bisa mengatur. Karena banyak komoditas yang harganya ditentukan oleh mekanisme pasar. Pelaku usaha hendaknya bisa sesuaikan harga. Karena bila BBM turun 15% mestinya sektor lain juga turun 10% misalnya sektor transpirtasi dan logistik. Namun pengaruh cuaca dan musim juga menentukan harga komoditas tertentu seperti bawang merah dan cabai,” tutur Sayid Abas.

Suryati pedagang sayur asal Balong berkilah, bahwa dia hanya tergantung tengkulak. Dia tidak bisa menentukan harga. “Mboten ngertos mbak..kados kulo niki namung manut bakul gede. Saking mriko larang kulo nggih nyade larang. Niki wau tomat mawon kulak saking mriki, biasane kulak wonten Magetan tapi awis sanget niki wau,” tutur Suryati disela-sela kesibukan melayani pembeli.

Masyarakat hanya inginkan kesejahteraan. Harga pangan terjangkau dan bisa bertahan hidup bersama keluarga. Namun kebijakan pemerintah yang kerap berubah-ubah sering membuat gonjang-ganjing di masyarakat. (Anny/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim