Telisik Manuver TGB dengan Jokowi di Bursa Pilpres 2019

Telisik Manuver TGB dengan Jokowi di Bursa Pilpres 2019

TerasJatim.com – Muhammad Zainul Majdi atau lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB), dalam waktu terakhir menyedot perhatian publik. Tagar TGB dukung Jokowi-pun beredar. Di situ, TGB menyatakan mendukung kepemimpinan Jokowi untuk dua periode selanjutnya.

Tak ayal, pernyataan itu menggegerkan dan sekaligus mengundang banyak tanya. Seperti diketahui, TGB sendiri merupakan mantan anggota tim sukses Prabowo pada Pilpres 2014 lalu.

Selain itu, TGB adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diusung PKS dan PBB. Bahkan di periode keduanya di tahun 2013, TGB sempat diusung oleh Partai Demokrat. Di Partai Demokrat, TGB menjabat sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai.

TGB juga dikenal sebagai politikus dan ulama terkemuka. Selain itu TGB juga dipersepsikan sebagai bagian dari  kalangan oposisi di masa pemerintahan Jokowi.

Beberapa pertanyaan yang muncul kian menjadi perbincangan hangat di media maupun di publik. Seperti, kenapa TGB yang notabene dulunya mengkritik kebijakan impor beras Jokowi, sekarang justru mendukung Jokowi untuk Pilpres 2019?

Bagaimana pendapat Prabowo soal TGB dukung Jokowi? Apakah ada unsur dicoretnya TGB dari daftar Capres Persaudaraan Alumni (PA) 212 menjadikan TGB pindah haluan? Apakah manuver TGB dianggap upaya untuk mempertahankan namanya sendiri di bursa Pilpres 2019?

Kontroversi Impor Beras

Pada tahun 2016, TGB yang menjabat Gubernur NTB pernah meminta Presiden Jokowi untuk tidak mengimpor beras dari negara lain. Ia beranggapan, pasokan beras di dalam negeri mencukupi. Kebijakan ini diambil Jokowi karena Bulog belum bisa bertugas menyerap produksi pangan dengan maksimal.

TGB memandang, kebijakan impor beras justru akan merugikan petani. Selain itu Jokowi dianggap tidak bisa mengatasi kebijakan yang sifatnya anomali.

Hal ini tentu menjadi sebuah pernyataan kontradiktif antara TGB dengan Jokowi. Karena pada saati tu TGB merupakan sosok yang paling tegas dalam sorotan konstelasi politik, dan tentunya masih mendukung pasangan Prabowo – Hatta.

Namun isu kontradiktif tersebut lenyap seketika, ketika TGB  menjadi salah satu tokoh pemuji kinerja Presiden Jokowi tahun ini. Tak tanggung-tanggung, TGB memandang sosok mantan Gubernur DKI itu layak menjadi presiden selama dua periode.

Selain itu, ia menganggap Jokowi mempunyai peran penting dalam pembangunan NTB, seperti peningkatan infrastruktur yang dirasa untuk kesejahteraan masyarakat.

Mendengar hal itu, Prabowo, menilai dukungan tersebut tak akan berpengaruh apa-apa terhadap dirinya. Prabowo mengatakan, masih banyak sejumlah nama yang dianggap olehnya dapat meraup suara, seperti Amien Rais, Sudrajat dan Ustad Sambo.

Menurut kajian penulis, dukungan TGB kepada Jokowi, murni sebagai keputusan pribadi dan tanggung jawab sebagai anak bangsa dan tidak terkait dengan persoalan lain.

PA 212

Dengan pikirannya yang cerdas dan rasional, TGB mengaku, keputusan yang diambil adalah hal yang tepat, karena melihat adanya pecah belah umat, terutama pasca pilkada.

Selain itu TGB juga memberikan jawaban pertanyaan mengenai dicoretnya nama dia dari daftar rekomendasi capres Persaudaraan Alumni (PA) 212.

TGB menegaskan, PA 212 lebih memperlihatkan kondisi perpolitikan nasional yang banyak memakai agama. Oleh karena itu, dalam dunia politik sentimen agama tidak boleh dilakukan. Menurutnya, sentimen agama harusnya bisa dimanfaatkan sebagai kemanfaatan umat.

Ia menilai, PA 212 harusnya tidak berwenang untuk menghapus dan mencabut namanya dari bursa capres, karena PA 212 bukan sebagai partai politik. Ia menganggap PA 212 tidak berafiliasi dengan partai politik manapun, sehingga tidak ada sebuah rekomendasi capres dan cawapres yang sifatnya harus mengikat.

Elektabilitas

Dalam suatu konfigurasi politik, setiap tokoh harus memiliki posisi yang jelas, termasuk dalam memberikan suatu dukungan.

Dukungan TGB bukan tanpa alasan. Gelombang positif sebuah konfigurasi pencapresan Jokowi sendiri relatif besar. TGB disinyalir memberikan dukungan yang kuat untuk kefiguran Jokowi. Akan tetapi dukungan TGB menjadi perbincangan setelah partainya (Partai Demokrat) belum memberikan posisi yang jelas dalam Pilpres 2019 nanti.

Terkait elektabilitas TGB, dalam survei ia masih dikatakan rendah. Ia hanya duduk sebagai capres di urutan kelima dengan perolehan suara 0.7%. Sementara sebagai cawapres berada di urutan ke-9 dengan tingkat keterpilihan 2.5%.

Penulis menanggapi bahwa hal ini wajar karena terlalu dini untuk Jokowi menggandeng TGB menjadi cawapresnya. Ditambah masih belum jelasnya posisi partai TGB (Partai Demokrat) sendiri. Hal ini menjadi alternatif di tengah munculnya poros antara Jokowi dan Prabowo.

Manuver TGB di Pilpres 2019,,menurut catatan penulis lumayan atraktif. Pertama ia terus melakukan safari dan pendekatan ke sejumlah tokoh, baik tokoh politik nasional maupun tokoh agama. Kedua, aktif berdakwah untuk memberikan ceramah bersama sejumlah ulama terkemuka, dan kerap mendapat dukungan untuk maju sebagai capres dan cawapres.

Selain itu dukungan terhadap TGB juga muncul dari sejumlah organisasi masyarakat. Dimana masyarakat sendiri menginginkan agar capres dan cawapres yang dipilih bisa bekerja untuk Indonesia yang lebih baik, dan TGB bisa menjadi calon pemimpin alternatif. Meski partainya (Partai Demokrat) belum menemukan ujung dari simpatisannya TGB

Meski dianggap sebagai dukungan pribadi, sejumlah politisi termasuk dari Partai Demokrat telah memberikan apresiasi untuk dukungan TGB kepada Jokowi di Pilpres 2019. Hal ini tentu saja menjadi udara segar bagi PDI Perjuangan. NamaTGB pun menjadi salah satu alternatif cawapres bagi Jokowi.

Tak hanya itu, selain TGB sebagai tokoh yang telah mempunyai basis massa, TGB juga dianggap mempunyai strategi dan memperhitungkan peluang dirinya untuk bisa menjadi cawapres di pilpres nanti.

Dwi Saputro Sinugroho untuk TerasJatim.com

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim