Pemilu 2019 Melelahkan? Ini Cerita Sejumlah Petugas KPPS di Pacitan

Pemilu 2019 Melelahkan? Ini Cerita Sejumlah Petugas KPPS di Pacitan

TerasJatim.com, Pacitan – Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak yang baru saja diselenggarakan pada Rabu 17 April 2019 lalu, menjadi momen dan pengalaman tersendiri dan tidak bisa dilupakan begitu saja oleh sejumlah orang yang ikut terlibat di dalamnya. Seperti petugas atau panitia Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Sebagaimana diungkapkan Fuad Budi Utomo, ketua KPPS di TPS 01 Desa Jatimalang Kecamatan Arjosari Pacitan ini. Ia mengaku, bahwa pemilu serentak kali ini sangat menguras energi baik tenaga maupun fikiran. Bahkan, sehari sebelum hari H pencoblosan, panitia bisa dibilang tidak istirahat. Pasalnya, hingga dinihari mereka harus menyiapkan segala sesuatu di TPS.

“Sangat melelahkan, dan hampir dua malam tidak tidur,” ungkapnya, saat berbincang dengan TerasJatim.com, Sabtu (20/04/19).

Pria yang akrab disapa Fuad ini menceritakan, pada waktu hari H, ia mengaku full tidak istirahat, mulai proses pencoblosan, rekapitulasi perhitungan suara hingga tanda tangan berita acara.

“Istirahatnya cuma waktu makan dan sholat, itu pun masih dikejar waktu. Setelah proses rekapitulasi di TPS yang hingga larut malam, juga harus tanda tangan lembar C1 yang sekitar 100 lembar lebih, ditambah salinan, plano, sampul dan sebagainya juga lama. Termasuk saksi ya harus nunggu sampe selesai, karena tanda tangan saksi dibutuhkan,” ujarnya.

Menurutnya, pemilu tahun ini selain melelahkan juga sangat kacau, karena banyak aturan-aturan dari KPU yang datangnya mendadak. “H-1, H-0 aturan dari KPU baru keluar, itu pun sudah pukul 02.00 WIB dini hari, sedangkan surat resminya cuma dikirim via WhatsApp, tidak ada bukti tanda terima,” katanya.

Ia menganggap bahwa kinerja KPPS tidak sebanding dengan honor yang diterima. Mengingat, situasi, kondisi serta tanggung jawab yang cukup berat dan dengan operasional yang masih minim. Bahkan, di beberapa daerah ada petugas KPPS yang harus terenggut nyawanya karena kelelahan.

Fuad membeberkan, bahwa honor yang diterima sebagai ketua KPPS Rp.550.000 dikurangi PPn Rp.33.000 atau bersih yang diterima Rp.517.000. Sedangkan, honor anggota KPPS Rp.500.000 dikurangi Ppn Rp.30.000 atau bersih Rp.470.000 per orang. Dan untuk ketertiban TPS Rp.400.000 dikurangi Ppn Rp.24.000 atau bersih Rp.376.000.

Selain itu, lanjutnya, ada biaya tambahan yakni konsumsi Rp.1.050.000 untuk 3 kali makan. Dan biaya operasional TPS Rp.1.600.000, untuk biaya sewa terop, beli papan triplek, sewa sound, lampu, gedung atau tempat TPS dan perlengkapan lainnya.

“Realita di lapangan, dengan operasional yang diterima masih banyak yang minus dan terpaksa harus memotong jatah honor para anggota KPPS,” bebernya.

Senada, Murjito, salah satu anggota KPPS di Pacitan membenarkan, jika kinerja KPPS tidak sebanding dengan honor yang diterima. Meski demikian, Ia mengaku tidak ‘kapok’ (jera) jika ditawari menjadi petugas kembali,. Bahkan ia merasa tertantang dengan sistem kinerja yang sangat minim istirahat dan melelahkan itu.

“Teman anggota KPPS banyak yang mengeluh dengan kinerja seperti itu, ada yang bilang kapok dan tidak mampu baik fisik maupun fikiran. Kalau saya ya merasa tertantang saja, yang penting rekan harus kompak dan siap bekerja, tapi kalau rekan tidak kompak ya saya nyerah,” ujarnya saat ditemui di tempat berbeda. (Git/Kta/Red?TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim