Menghadapi Remaja Yang Mulai Pacaran
TerasJatim.com, Surabaya – Menjadi orang tua bagi anak remaja ibarat ‘pagar berduri’, terutama saat mereka mulai pacaran. Kita bisa menjadi galak dan tegang. Padahal ketika anak kita mulai jatuh cinta dan ingin berduaan dengan pacarnya, sebetulnya mereka sedang menjalani tugas perkembangan yang normal.
Mereka memasuki tahap mencapai kemandirian dan mempersiapkan diri untuk menapaki dunia manusia dewasa. Dalam urusan percintaan anak remaja, komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat diperlukan. Kalau kita melarang anak berpacaran, anak harus tahu alasan kita. Kalau kita mengizinkan anak berpacaran, jelaskan pula aturan mainnya dan batasan-batasan yang harus ia taati.
Kekhawatiran utama kita menghadapi remaja adalah soal seks. Kita kerap diganggu oleh pikiran kita sendiri yang “ngeres”, membayangkan anak kita akan diajak bereksperimen di atas ranjang oleh pacarnya.
Kekhawatiran ini beralasan, karena film porno gratisan mudah diakses oleh anak-anak kita. Kita tak perlu terburu-buru berpikir soal seks. Karena kalau kita terlalu fokus pada seks dan mengkhawatirkan anak kita akan melakukannya, anak kita malah kehilangan kesempatan berharga untuk membicarakan hal lain yang lebih penting dalam sebuah relasi.
Misalnya, tentang menghargai diri sendiri dan orang lain. Namun, kita tetap harus menjaga mereka.
Saat anak Anda sedang kasmaran, jangan pernah meninggalkan mereka berduaan saja di rumah tanpa pengawasan orang dewasa lain.
Sebuah survei menyebut, banyak remaja melakukan hubungan seks justru di rumah saat tidak ada orang tua di rumah. Lebih baik kita memandang secara positif tahap baru ini.
Ketika anak kita mulai berpacaran, mereka sedang mengembangkan sikap mengelola emosi, dan belajar perilaku yang tepat dalam menjalin relasi dengan lawan jenisnya yang ‘dibungkus’ cinta.
Tugas kita meluangkan waktu untuk mengobrol dengan anak tentang menjalin relasi yang sehat dan tidak merusak masa depan mereka. (TJ-Sumber Femina)
