Harga Minyak Jatuh, Perusahaan Migas RI “Ngirit”

Harga Minyak Jatuh, Perusahaan Migas RI “Ngirit”
ilustrasi

TerasJatim.com, Surabaya – Anjloknya harga minyak dunia hingga ke kisaran US$ 30/barel membuat perusahaan-perusahaan migas harus mengetatkan pengeluaran.

Dilansir dari DetikFinance, di Indonesia, berbagai cara dilakukan oleh perusahaan migas untuk mengurangi pengeluaran, mulai dari mengurangi makanan rapat hingga sewa kantor.

“Rapat tadinya pasti dikasih makan, sekarang kalau rapatnya kurang dari 3 jam nggak makan, bonus tadinya tiap tahun sekarang tidak dibayarkan, kantor tadinya 10 lantai dikurangi, perjalanan dinas dikurangi,” tutur Direktur Pembinaan Hulu Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, beberapa waktu lalu.

Selain biaya operasional, investasi (capital expenditure/capex) juga dikurangi, misalnya dengan menunda pembangunan jalan menuju lapangan. “Kalau capex misalnya menunda pembangunan jalan lapangan,” tuturnya.

Dia mengungkapkan, biaya produksi minyak bumi di Indonesia sangat bervariasi tergantung kondisi lapangan, berkisar antara US$ 4/barel hingga US$ 70/barel.

Dengan biaya produksi rata-rata sekitar US$ 30/barel, membuat hampir semua perusahaan migas di Indonesia ikut tertekan. “Di Indonesia paling rendah US$ 4 per barel, paling tinggi US$ 70 per barel. Rata-rata US$ 30 per barel di Indonesia,” ucapnya.

Dirjen Migas Kementerian ESDM, Wiratmaja Puja, menambahkan, bahwa perusahaan-perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia juga untuk sementara melakukan moratorium penerimaan pegawai baru.

“Moratorium pegawai baru bisa kita maklumi. Kalau harga minyak lebih bagus, mungkin mereka menerima lagi,” tukasnya.

Karena itu, hampir seluruh perusahaan migas di Indonesia membutuhkan insentif-insentif dari pemerintah agar dapat terus bertahan.  “Hampir semua butuh insentif, terutama yang memiliki kegiatan eksplorasi,” tutupnya. (TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim