Dari Rumah, Awal Membangun Karakter Anak

Dari Rumah, Awal Membangun Karakter Anak

TerasJatim.com, Surabaya – Pengamat sosial sekaligus pengarang buku Asti Kleinsteuber mengatakan, dasar yang kuat dalam membangun karakter bermula dari rumah. Orang tua dan masyarakat perlu memahami bahwa kehidupan di masa kecil merupakan masa yang tak dapat diulang. Kecepatan dan ketepatan pendidikan karakter anak menjadi kunci keberhasilan membangun generasi baru Indonesia yang bermental kokoh. Pandangan ini disampaikan usai  peluncuran buku “Seri Budi Pekerti Pendidikan Karakter” yang ditulis Asti, beberapa waktu lalu.

Mantan Direktur German Indonesian Chamber and Commerce ini  memaparkan, statistik pelanggaran dan kejahatan atas dan oleh anak Indonesia beberapa tahun terakhir sudah sangat menyeramkan. “Presiden Jokowi sudah saatnya mulai mengajak masyarakat mendidik anak mereka dengan baik di keluarga. Terlalu berfokus di regulasi dan komunikasi pencitraan tanpa implementasi pendidikan etika di keluarga akan menyesatkan beberapa generasi masa depan kita,” jelasnya.

Setidaknya, kata Asti,  terdapat 18 nilai yang perlu menjadi landasan pendidikan mental anak Indonesia. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai kejujuran, cinta, keterbukaan, respek, tanggung jawab, percaya diri, keberagaman, toleransi, kedamaian, keramahan, konsisten, harga diri, disiplin, perhatian, kekerasan, peduli, budaya, dan teknologi. Asti menilai karakter di atas sebagai nilai dasar yang membangun pribadi anak tersebut di masa depan, baik karena pengaruh sifat keturunan maupun lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Menurutnya, jika negara tidak segera menaruh perhatian terhadap pendidikan nilai dasar, maka akan terjadi degradasi potensi kekuatan, kemajuan, martabat dan ekonominya dalam kualitas seorang manusia dan masyarakat Indonesia. Indikasinya adalah besarnya kejahatan yang melibatkan anak sebagai korban maupun pelakunya dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, dalam tahun 2010 hingga 2014 tercatat lebih dari 21,8 juta kasus pelanggaran hak anak. Yang sangat menyedihkan, 58 persennya adalah kekerasan seksual terhadap anak.

Dalam kesempatan yang sama, aktifis sosial kemasyarakatan Nina Akbar Tanjung menggarisbawahi peranan yang sangat penting dari perempuan dan ibu rumah tangga. “Buku character building ini sangat bagus bagi masyarakat Indonesia. Menjelaskan dengan jernih pentingnya peranan perempuan dalam pendidikan generasi muda bangsa,” jelas istri tokoh politik nasional dan Golkar tersebut.

Minimnya pengetahuan orang tua dalam mendidik anak turut memicu maraknya tindak kejahatan yang melibatkan anak dalam beberapa waktu terakhir ini.

Riset yang disampaikan Asri memaparkan banyaknya kasus pemerkosaan dan pembunuhan di beberapa daerah di Tanah Air, yang menjadikan anak dari rentang umur balita hingga remaja sebagai korban dan pelaku ditengarai dipengaruhi oleh buruknya pendidikan anak di keluarga dan lemahnya kontrol sosial atas anak.

“Anak semakin jarang mendapatkan pendidikan yang penuh kasih sayang dan kesabaran. Padahal, dengan makin padatnya aktifitas kerja orang tua, susunan masyarakat yang makin kompleks dan derasnya lalu-lintas informasi media dan digital, membuat anak makin membutuhkan interaksi dan didikan nilai dari orang tuanya sendiri. Aktifitas berkumpul bersama, diskusi di saat makan hingga dongeng ke anak sudah sering diabaikan keluarga dengan berbagai alasan mulai sibuknya kerja, kemacetan lalu lintas hingga lelahnya orang tua,” paparnya. (Kta/Red/TJ/BS)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim