Memburu ‘Besusul’, Aktivitas Pelipur Lara Warga Bantaran Bengawan Solo di Bojonegoro

Memburu ‘Besusul’, Aktivitas Pelipur Lara Warga Bantaran Bengawan Solo di Bojonegoro

TerasJatim.com, Bojonegoro – Di tengah keterpurukan ekonomi akibat dilanda banjir Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jatim,  warga di sekitar bantaran sungai terpanjang di Pulau Jawa ini, masih bisa merasakan kebahagiaan atau setidaknya pelipur lara.

Sebut saja, kegiatan dengan mencari ‘besusul’. Selain untuk diolah sendiri sebagai lauk pelengkap nasi, tak jarang warga juga menjualnya. Hewan sejenis keong yang hidup di air tawar itu selain bernilai ekonomi juga lezat untuk dinikmati.

“Ya timbang nganggur, banjir ya cari besusul. Kalau ada yang mau beli kita jual kalau nggak ya dimasak sendiri,” ujar Prayit, warga Gedongarum, Kecamatan Kanor, Kamis (23/03).

Menurutnya, besusul itu berbeda dengan keong emas atau warga biasa menyebutnya kul gondang. Besusul tidak beracun, sebaliknya keong emas beracun dan bisa menyebabkan alergi.

“Selain itu besusul hanya hidup di satu alam (air, red) tetapi keong emas itu amphibi. Jadi secara hukum Islam, besusul itu diyakini halal semacam kerang,” terangnya.

Soal harga, lanjutnya, tidak ada patokan dengan cara borongan yang penting sama-sama ikhlas dan jadi uang untuk kebutuhan sehari-hari saat tidak ada pekerjaan di sawah karena banjir.

Biasanya, lanjutnya lagi, mereka yang membeli darinya akan membawa besusul itu ke pasar Babat, Lamongan dan pasar-pasar lainnya untuk dijual eceran perkilo. Ada yang dijual mentah, ada juga yang sudah diolah. “

“Yang paling nikmat besusul dimasak kuah asam pedas. Selain gurih, daging besusul juga lembut dan beraroma khas. Cara memakannya pun khas, dengan disedot atau dicongkel pakai tusuk gigi dari cangkangnya,” imbuhnya.

Karena kelezatan besusul, maka tak mengherankan jika musim banjir seperti ini banyak orang yang memburu kuliner rakyat pinggiran Bengawan Solo yang akhir-akhir ini resah akibat tertimpa banjir yang minim bantuan dan perhatian dari pemerintah tersebut.

“Lumayan, hasil menjual besusul dan menjaring ikan bisa untuk menyambung hidup sehari-hari, daripada hutang sana-sini saat paceklik karena banjir ini,” pungkasnya. (Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim