Jujur, Integritas, Etis, atau Apalah…

Jujur, Integritas, Etis, atau Apalah…

TerasJatim.com – Dulu, di negeri ini pernah ada pejabat publik yang dikenal sangat jujur dan pemberani. Namanya, Baharuddin Lopa.

Sebelumnya, juga ada polisi yang dikenal lurus tanpa kompromi, dan hingga kini namanya selalu dikenang oleh siapapun. Dia adalah Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso, mantan Kapolri pertama.

Kini, dua orang pilihan ini sudah tiada, dan telah meninggalkan legacy tentang arti pentingnya sebuah kejujuran dan integritas.

Setelah keduanya, kini muncul nama Mahfud MD dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Mahfud dan Ahok, adalah dua pejabat publik yang saat ini dinilai ‘relatif’ mempunyai integritas plus-plus. Itu jika dibanding dengan sejumlah nama dan pejabat lain.

Keduanya dikenal relatif jujur, berani, ceplas ceplos, dan bersikap apa adanya, tanpa takut kehilangan kursi empuknya.

Keduanya seperti suluh penerang gulita negeri. Keduanya adalah moral compass di tengah kecenderungan banyaknya pejabat korup.

Keduanya, baru saja mundur dari jabatannya masing-masing.

Mahfud mundur dari jabatan Menkopolhukam. Sebuah jabatan yang sangat strategis, bahkan mungkin lebih baik dari kursi wakil presiden (wapres) yang saat ini sedang diperjuangkannya.

Meski begitu, dengan alasan untuk menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan, Mahfud dengan rela melepaskan pin dan atribut pejabat tingginya.

Mungkin, sebagian orang menilai ini aneh. Di tengah merosotnya etika pejabat publik, keputusan Mahfud mundur sebagai Menko Polhukam selayaknya mendapat apresiasi.

Demikian pula dengan Ahok. Dia memilih mundur dari jabatannya yang mentereng sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina.

Ahok rela melepas semua hak, gaji dan fasilitasnya yang konon nilainya miliaran perbulan, hanya demi mendukung salah satu capres.

Tentu saja, ini semua menunjukkan sikap etis yang patut dipuji.

Tokoh lain yang juga mundur dari jabatan publiknya, adalah Jaleswari Pramodhawardani. Tokoh intelektual dan aktivis ini mundur dari lingkungan istana, tepatnya dari Kantor Staf Presiden.

Alasannya juga sama, karena terlibat dalam tim pemenangan salah satu capres-cawapres (Ganjar-Mahfud).

Jauh hari sebelumnya, Andi Widjajanto, juga mundur dari posisinya sebagai Gubernur Lemhanas.

Andi, pria pendiam yang dikenal smart ini pamit dari posisi orang nomor satu di Lemhanas.

Alasannya sama. Dia menjaga etika bernegara lantaran terlibat dalam urusan pemenangan capres Ganjar Pranowo.

Empat figur penting di sekeliling Presiden Jokowi ini sedang mempertontonkan sikap etis yang teramat mewah.

Mereka bukan tokoh publik kaleng-kaleng, apalagi abal-abal. Mereka justru merupakan pribadi-pribadi langka di negeri ini.

Jabatan mentereng dan gaji tinggi tak membuat mereka jadi ‘dongok’ untuk tetap berada di zona nyamannya.

Sebagai bagian dari rakyat di republik ini, kita patut bersyukur jika negeri ini masih mempunyai tokoh yang masih mempunyai rasa malu.

Bandingkan dengan sejumlah nama tokoh dan pejabat lainnya.

Hanya demi sekoci keselamatan (dari kasus hukum yang menyanderanya), demi kursi kekuasaan, dan demi mendapatkan bagian dari kue pembangunan, mereka tak malu untuk terang-terangan mempertontonkan kebodohannya di hadapan publik.

Tak jarang, mereka menarasikan kepandiran, mengakali akal sehat, dan menjadikan rakyatnya menjadi penonton atas atraksi ketidakwarasannya.

Tanpa malu mereka dengan sengaja mengabaikan nilai-nilai moral dan etika.

Mungkin, kata ‘Jujur’ tampak sederhana. Namun, hanya mereka yang dewasa (dalam berpikir) yang mampu melakukannya.

Percayalah, tidak ada kerugian sedikitpun yang didapatkan dari sebuah nilai kejujuran.

Kiranya, benar pesan dari orang tua dulu. “Kejujuran akan melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan keselamatan”.

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim