Dalam Sepekan, 2 Pendaki Meninggal Dunia di Gunung Semeru
TerasJatim.com, Lumajang – Dalam waktu sepekan, dua pendaki Gunung Semeru meninggal dunia karena alasan sakit. Setelah Chandra Hasan, pendaki asal Cakung, Jakarta Timur, meninggal pada 3 Oktober kemarin, kali ini Sahat M Pasaribu (23) seorang pendaki asal Jawa Barat meninggal dunia saat melakukan pendakian ke puncak Mahameru di Gunung Semeru Lumajang Jawa Timur, Sabtu dinihari kemarin.
Kasubbag Humas Polres Lumajang Ipda Gatot Budi Hartono menuturkan, korban meninggal dunia sekitar pukul 00.15 WIB, Sabtu (08/10) dini hari, setelah sebelumnya mengeluh sakit dan muntah-muntah.
“Pada pukul 00.15 WIB nafas korban tak teratur dan sekitar 5 menit kemudian meninggal dunia,” jelasnya Minggu (09/10).
Korban tercatat sebagai warga Sidomukti RT03/ RW22 Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat.
Gatot menjelaskan, korban bersama 12 orang temannnya pada hari Rabu (05/10) pukul 10.00 WIB datang dan melakukan registrasi di Pos Pendakian Ranupane. Selanjutnya pukul 16.00 WIB mereka berangkat untuk melakukan pendakian ke Gunung Semeru. “Pukul 21.30 WIB rombongam tiba di sekitar Shelter 4 Ranu Kumbolo dan mendirikan tiga tenda untuk istirahat,” imbuhnya.
Selanjutnya esok harinya, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kalimati. Pada sore harinya, mereka mendirikan tenda di Pos Kalimati. Namun saat malam dalam suasana hujan gerimis, korban mengeluh masuk angin. Korban kemudian minta dikerik dan malam itu bisa istirahat di tenda hingga pagi tiba.
Selanjutnya, pada Jumat (07/10) sekitar pukul 08.00 WIB, korban keluar tenda sambil muntah-muntah dan mengeluh pusing. Setelah sarapan bersama, sekitar pukul 12.30 WIB rombongan melanjutkan perjalanan ke Ranupane.
Di tengah perjalanan sekitar 200 meter dari Pondok Kalimati, korban pucat dan jalanya limbung. Korban digotong rekan-rekannya dengan memakai tandu hingga sampai di Jambangan dan berhenti untuk ostirahat sekaligus mendirikan tenda.
Sekitar pukul 18.00 WIB, kondisi korban drop. Mengetahui kondisi korban, tiga orang temannnya kemudian turun ke Ranupane untuk meminta bantuan.
Pada Sabtu (08/10) pukul 00.10 WIB, 4 orang tim evakuasi datang dari Ranupane dan memberikan oksigen. Namun upayanya tak berhasil dan sekitar pukul 00.15 WIB korban meninggal dunia.
Sekitar pukul 01.30 WIB, jasad korban selanjutnya dibawa turun dan pada pukul 12.00 WIB, tiba di Ranupane, yang selanjutnya dibawa menggunakan ambulan ke RS Dr Hayoto Lumajang untuk di visum.
Sementara itu Ketua IKA PMII Lumajang Fudoli Sandra, mendesak pemerintah serta pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), untuk mengkaji ulang pembukaan pendakian Semeru yang pada beberapa waktu terakhir sering terjadi kasus meninggalnya pendaki.
“Ini apanya yang bermasalah, cuaca atau ketika petugas kesehatan yang kurang cermat sehingga membiarkan pendaki untuk tetap melakukan pendakian Semeru. Padahal jelas cuaca di puncak Semeru pasti ekstrem jika seperti saat ini,” jelasnya.
Seperti yang ditulis TerasJatim.com, pada 3 Oktober 2016 kemarin, Chandra Hasan, pendaki asal Cakung, Jakarta Timur meninggal karena sakit saat perjalanan menuju Ranukumbolo, tepatnya di daerah Landengan Dowo.
Selain itu, pendaki asal Pekalongan, Jawa Tengah, Ziman Arofik juga meninggal karena sakit pada 13 September lalu. Yang hingga kini masih menjadi misteri adalah nasib pendaki asal Swiss, Lionel du Creux yang belum ditemukan setelah dilaporkan hilang pada 7 Juni lalu. (Luk/Kta/Red/TJ)