Tanam Tembakau, Antara Untung Besar dan Kebangkrutan Petani

Tanam Tembakau, Antara Untung Besar dan Kebangkrutan Petani

TerasJatim.com, Bojonegoro – Terik matahari kemarau yang menyengat kulit tak menyurutkan tekad para petani penanam tembakau di Bojonegoro Jatim. Kering kerontangnya tanah pun tak menjadi penghalang untuk menaruh harap seiring tumbuhnya tembakau mereka.

Setiap menjelang pagi, para petani tembakau di sejumlah kecamatan di tlatah Angling Dharma ini terus bersemangat menuju sawah guna merawat tanaman yang digadang-gadang bakal mengisi pundi-pundi keuangan.

Jugil, yakni proses awal penanaman tembakau dengan cara melobangi tanah kering kemudian diisi ‘cor lumpur’ untuk menanam dederan (bibit tembakau, red) kemarau ini lazim dilakukan oleh petani di Kecamatan Kepohbaru, Kedungadem, Sugihwaras dan beberapa kecamatan lainnya.

“Tahun ini kebanyakan dengan cara jugil untuk menanam tembakau karena gak mungkin membuat gulutan sebab tanahnya terlalu kering. Gak ngatasi tenagane,” ujar H Idris (64), petani tembakau asal Desa Nglumber Kepohbaru, Selasa (30/07/19)

Setelah jugil, petani harus telaten menyirami tembakau kecilnya di pagi dan sore setiap hari guna memastikan hidupnya tanaman. Pemupukan juga dilakukan secara berkala untuk memaksimalkan pertunbuhan pohon yang dimanfaatkan daunnya tersebut.

Bagi para petani di dataran tinggi dengan irigasi non teknis, kendala air merupakan persoalan utama mencukupi kebutuhan tanaman tembakau. Namun demikian, petani tembakau tak pernah merisaukan hal tersebut. Satu yang pasti, harapan mereka lebih besar ketimbang keluh kesah.

Petani tembakau adalah orang-orang yang gigih dan pantang menyerah. Kesulitan dan cuaca panas bagi mereka tak ubahnya pemacu keberlangsungan hidup lebih baik. Tanpa banyak keluh, mereka terus berjuang dengan sepenuh hati demi meraih mimpi-mimpi.

Sodikun, petani tembakau lainnya bahkan mengatakan, ia belum pernah beralih ke tanaman lain setiap musim kemarau tiba. Ia mengaku, tembakau adalah tanaman yang bisa membuat petani kaya mendadak atau bahkan rugi besar.

“Menanam tembakau itu harus punya tekad kuat. Ya ‘bondho’ ya tenaga, harus tatag karena tidak ada jaminan harga. Kalau pas mahal petani langsung kaya tapi kalau pas murah ya wassalam,” ujarnya sembari berkelakar.

Ia juga menyebut, tanam tembakau tak ubahnya merawat bayi. Sebab mulai dari kecil hingga musim panen, petani harus rajin meeawat dan memantau perkembangannya. Menurutnya, inilah beda tembakau dengan tanaman lain.

Tapi, kata dia lagi, jika harga mahal, kesulitan selama 3 bulan merawat tembakau akan sirna berganti dengan kesejahteraan bahkan bisa untuk menutup hutang-hutang dan kelebihannya untuk disimpan.

“Menurut kabar, tahun ini katanya tembakau ono regane (mahal) hingga petikan daun terakhir. Ya semoga saja musim kemarau tahun ini stabil tanpa guyuran hujan lebat jelang petik tembakau nanti,” tutur pria paruh baya berpostur sedang itu penuh harap. (Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim