Solar Turun, Bagaimana “Nasi Kucing” ?

Solar Turun, Bagaimana “Nasi Kucing” ?

TerasJatim.com, – Hari ini (12/11) saya menikmati penurunan harga BBM jenis solar yang buat saya lumayan gak keroso ekonomis-e. Tabel harga yang terpampang di meteran SPBU tercatat harga solar turun 200 rupiah, dari Rp. 6.900,- menjadi Rp. 6.700,- per liternya. Sedang jenis premium masih “kerasan” di angka Rp. 7.400,-. Paling tidak, jika saya mengisi 15 liter solar saja, saya bisa berhemat 3 ribu rupiah. Lumayan, bisa buat beli permen, hehehe.

Saya kebetulan dari dulu kalau masuk ke SPBU dan berniat ngisi BBM di tangki kendaraan saya, tidak pernah pakai ukuran liter-literan. Biasanya 50 ribu atau 100 ribu sekali isi. Kecuali kalau ada rejeki lebih dan untuk perjalanan jauh, baru 200 ribu ke atas. Itupun jarang sekali.

Seperti yang saya tulis beberapa hari lalu (Boloan Bakul Minyak), akhirnya pemerintah mengeluarkan paket kebijakannya yg ke 3 dengan harapan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sudah hampir setahun melambat. Salah satu strateginya yang mungkin dirasa oleh rakyat kebanyakan, adalah dengan cara menurunkan harga dari  beberapa jenis BBM, diantaranya jenis solar.

Turunnya harga solar dan tetapnya harga bensin, banyak menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat bawah. Namun buat saya, kali ini pemerintah mempunyai alasan yang logis dan relatif bisa di terima. Pemerintah dalam hal ini pertamina, mempunyai perhitungan dan data yang kongkret, bahwa 60 persen dari 104 juta kendaraan roda 4 atau lebih, diperuntukan untuk angkutan umum dan barang yang berbahan bakar minyak solar. Sedang 40 persennya mobil pribadi yang kebanyakan berbahan bakar bensin. Apabila harga bensin diturunkan, dikhawatirkan konsumsi BBM jenis bensin akan meningkat, dan ujung-ujungnya akan menambah beban belanja negara untuk membayar pasokan kuota impor kita.

Belum lagi kalau kita mau melihat banyaknya konsumsi bensin untuk jenis sepeda motor. Secara kasat mata kita bisa melihat, bahwa tingkat konsumsi bensin kita cenderung boros. Kita tentu bisa menghitung berapa rata-rata dalam sebuah keluarga memiliki jenis kendaraan motor roda dua. Tentu banyak kita temukan bahwa mereka punya lebih dari satu. Animo masyarakat kita yang gemar membeli dan meng-kredit motor baru, tiap hari semakin meningkat. Hanya dengan maksimal 1 juta saja sebagai down payment, kita sudah bisa membawa pulang motor baru.

Fenomena ini terjadi di tengah masyarakat kita yang cenderung sudah bergeser ke arah gaya hidup konsumtif. Kita sering terjebak dalam posisi tidak sadar dan tanpa memperhitungkan efisiensi dan peng-iritan biaya hidup, termasuk untuk keperluan BBM. Sekarang gaya hidup masyarakat kita cenderung mengalami perubahan tingkah laku. Kita sudah tidak merasa nyaman jika sedikit rekoso. Dulu, untuk menghadiri undangan kenduri tetangga satu RT, biasanya kita berangkat jalan bareng-bareng dengan sesama tetangga. Tapi sekarang, jarang kita temukan orang mau bersepeda atau berjalan kaki, untuk sebuah tujuan yang relatif berjarak dekat.

Walaupun tidak banyak dan jauh dari ekspektasi kita selama ini, kita berharap dengan penurunan harga solar ini, paling tidak bisa berdampak pada turunnya kebutuhan dasar kita. Sebab bukan menjadi rahasia umum, bahwa harga sembako yang menjadi keperluan kita sehari-hari, sangat dipengaruhi dengan besaran ongkos transportasi.  Dengan turunnya harga solar, kita berharap jasa transportasi angkutan umum dan barang, juga dapat segera menyesuaikannya. Dan pada akhirnya, pengaruh bergeraknya ekonomi  yang dimulai dari bawah dan dari yang kecil-kecil ini, bisa mempengaruhi perekonomian nasional kita.

Solar turun 200, nasi kucing seharusnya ikut turun.

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim