Siswi SMA di Madiun Meninggal Usai Ikuti Kegiatan Sekolah, Ini Kata Polisi

Siswi SMA di Madiun Meninggal Usai Ikuti Kegiatan Sekolah, Ini Kata Polisi

TerasJatim.com, Madiun – GP, salah satu siswi kelas 10 SMA Negeri 3 Taruna Angkasa Jatim di Madiun, dilaporkan meninggal dunia pada 12 Juni lalu. Kematian GP diduga akibat tindak kekerasan.

Menyikapi kabar tersebut, Kepala SMAN 3 (Smaga) Taruna Angkasa, Agus Supriyono, membantah jika korban yang berusia 16 tahun, warga asal Dusun Alas Pecah, Desa/Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi itu, meninggal akibat perundungan. Agus menyebut, korban meninggal karena sakit.

Menurut Agus, saat mengikuti kegiatan di sekolah, korban sempat mengeluh pusing sehingga dibawa ke UKS, sebelum dilarikan ke RSUD Kota Madiun. Karena tidak kunjung sembuh, anak didiknya itu dijemput orang tuanya untuk selanjutnya dibawa ke RS Widodo Ngawi.

“Sesungguhnya tidak terjadi kekerasan sama sekali. Jadi nggak ada itu dipukuli, tidak ada kekerasan. Kami kan sudah diperiksa oleh Reskrim (polisi, _red), dan hasil dari kepolisian setelah meminta data dari rumah sakit, ananda (GP) meninggal karena sakit. Kalau nggak salah ada infeksi dan leukositnya tinggi,” ujarnya, belum lama ini.

“Yang jelas kami sangat berduka sekali,” tambahnya.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Madiun Kota, AKP Sujarno menjelaskan, berdasarkan hasil penyelidikan dan klarifikasi pihak sekolah, rumah sakit dan pihak keluarga, kepolisian menyimpulkan GP meninggal karena sakit. Hal itu dibuktikan dengan adanya rekam medis dari rumah sakit dan keterangan ahli kedokteran, jika tidak ada tanda kekerasan fisik di tubuh korban.

“Dalam rekam medis itu baik di RSUD Kota Madiun ataupun RS Widodo Ngawi, disimpulkan bahwa korban meninggal karena sakit, yaitu infeksi otak dipicu dari penyakit dalam yang diderita. Kami juga menunjukkan dari hasil rekam medis itu, yang bersangkutan mengalami infeksi paru, berdampak pada infeksi otak,” ungkap dia.

“Dengan tanda-tanda pasien panas dua hari sampai tidak sadar, kejang-kejang, kaku, dan leukosit tinggi mencapai 26.600 mikroliter darah atau over tiga kali normal. Dan hasil rontgen dada ada bronkitis, dan dari hasil rekam medis RSUD Soedono dinyatakan bahwa yang bersangkutan saat dilakukan pemeriksaan fisik itu normal, tidak ada tanda-tanda kekerasan, disini yang menyatakan ahli kedokteran,” bebernya.

Sujarno menambahkan, pihaknya memang tidak melakukan autopsi. Hal ini karena tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik di tubuh korban.

Selain itu, sambung dia, pihak keluarga korban pun jugas sudah membuat surat pernyataan yang berisi telah mengikhlaskan kepergian putrinya itu. (Ew/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim