‘Saputanganmu’, Pecah Keheningan Malam Konser Slendhang Biru di Pacitan
TerasJatim.com, Pacitan – “Iki saputanganmu. Gondo arum kanggo pepilingku. Kembang mlati … mung sawiji, tur dadi ati rino lan wengi, tak pujo puji gunane dadi lambange prasane,” begitulah penggalan lagu berjudul Saputanganmu, yang seketika memecah keheningan pada malam Konser ‘Slendhang Biru Tak Pernah Usai’ di Pacitan, Jatim.
Salah satu lagu karya Ki Nartosabdo yang diaransir ulang oleh Gondrong Gunarto pada konser itu, juga memantik decak kagum bagi ratusan pasang mata yang hadir, di pelataran Museum & Galeri SBY*ANI.
Pandangan mereka menyisir seluruh panggung, seperti menangkap apa saja dari isi pertunjukkan musik itu. Pun dengan sepasang telinga, yang seolah sepakat begitu saja tanpa menerbitkan protes. Mereka tampak menerima, meresapi, juga menghayati alunan musik yang disajikan. Hingga lagu itu usai, tepuk tangan dan sorak penoton bergema untuk mengapresiasinya.
Sesaat sebelum menyampaikan sambutan dalam malam pertunjukkan musik spektakuler itu, penggalan bait lagu Saputanganmu spontan dinyanyikan Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji. Dengan suara khasnya yang merdu, ia nampak menikmati, pun meresapi setiap makna yang tersirat pada lagu itu. Seperti terbawa suasana.
“Ini (konser) rasan-rasan kami waktu pertunjukkan Slendhang Biru di Ngawi tahun kemarin. Alhamdulillah saat ini bisa terwujud,” ujar bupati, Kamis (20/06/2024) malam.
Bupati Aji pun mengapresiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) atas digelarnya konser di kota 1001 gua. Menurutnya, Kementerian telah berhasil sebagai penghubung, sehingga karya-karya tradisional yang dipertunjukkan ini dapat diterima oleh generasi muda kini.
“Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini sudah sukses, dalam hal menjembatani. Mas Gondrong Gunarto dan teman-teman ini mencoba membawakan karya-karya beliau (Ki Nartosabdo) untuk bisa diterima di semua kalangan. Dan ini peran utamanya Kementerian Kebudayaan. Terima kasih,” ucapnya.
BACA JUGA: https://www.terasjatim.com/konser-gratis-slendhang-biru-tak-pernah-usai-di-pacitan-catat-waktunya/
Sebelum lagu Saputanganmu, lagu pembuka yang berjudul Lesung Jumengglung hingga Ibu Pertiwi, sempat membungkan gemuruh penonton. Tak sedikit dari mereka yang awalnya bercengkerama ria kemudian gegas memegang gawai, lalu mengaktifkan kamera untuk mengabadikan moment tersebut, baik foto maupun video. Bahkan tidak sedikit pula yang menjadikan story di aplikasi sosial mereka.
Setelah sempat menyimak sejumlah penonton yang rerata didominasi generasi muda, Kapokja Apresiasi dan Literasi Musik Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbudristek, Edi Irawan, yakin bahwa ke depan Indonesia tidak akan kehilangan penikmat, apresiator musik-musik tradisional.
“Kemendikbudristek secara tegas bahwa, titik fokus kita pada musik tradisi. Tentu saja bukan musik tradisi yang statis, tapi musik tradisi yang berkembang,” ujar Edi, dalam sambutannya.
“Di depan kita (konser) ini, contoh inovasi bagaimana maestro kita bisa nyambung sampai generasi saat ini. Saya bukan orang Jawa, tapi saya merasa sampai, maksud pesan-pesan ini,” sambungnya.
Menurut kacamata Edi, konser pada Kamis malam tersebut secara musikal ada perpaduan dua instrumen besar, yakni antara gamelan yang asli dari Indonesia dan musik Barat.
“Tidak ada alasan bagi generasi muda untuk tidak mencintai tradisinya. Kita hargai, kita pahami, dan tentunya kita apresiasi secara tinggi,” imbuhnya, sembari berterima kasih kepada Pemkab Pacitan, pihak museum, atas dukungan dan kerja samanya. (Git/Kta/Red/TJ)