Penambang Minyak Sumur Tua di Bojonegoro, Enggan Jual Minyak Ke Pertamina

Penambang Minyak Sumur Tua di Bojonegoro, Enggan Jual Minyak Ke Pertamina

TerasJatim.com, Bojonegoro – Para penambang sumur minyak tua di Bojonegoro, Jawa Timur, enggan menjual minyak mentah mereka ke PT Pertamina, karena dibeli dengan harga murah.

Para penambang di Desa Wonocolo dan Ndangilo, Kecamatan Kadewan, Bojonegoro ini, lebih senang menyuling minyak mentah, lalu menjualnya berupa solar kepada parengkek (tengkulak dengan menggunakan motor) dengan nilai tambah lebih besar.

Sujiran, penambang di Desa Wonocolo, menyebutkan dia dapat menjual solar Rp 600.000 per drum (sekitar 200 liter). Omzetnya jauh lebih besar ketimbang menjual minyak mentah ke Pertamina EP yang hanya dihargai Rp1,6 juta per bulk (sekitar 1.000 liter).

“Buat apa kami jual ke Pertamina ? Lebih baik kami suling sendiri, solarnya kami jual ke rengkek,” katanya.

Sujiran belum genap setahun terjun menambang sumur tua di kampung halamannya setelah mengundurkan diri dari pekerjaan di pabrik sepatu di Serang, Banten.

Sementara itu, Fadir, penambang di Desa Ndangilo, juga menuturkan hal serupa.

Menurutnya, menjual minyak mentah ke Pertamina tidak akan bisa menutup biaya produksi, apalagi sejak harga minyak jatuh.

Dengan menjual solar Rp 650.000 per drum saja, dia mengaku hanya untung Rp 80.000 per drum. Lebih-lebih, cadangan minyak sumur tua kian hari kian menipis.

Beberapa tahun lalu, dia mampu menjual solar 10 drum per pekan. Namun sekarang hanya bisa menjual 7 drum saja dalam seppekan, itu sudah dianggap bagus.

Efisiensi dia lakukan untuk mempertahankan keuntungan, misalnya dengan mengganti bahan bakar kayu dengan gas. Dia hanya perlu mengeluarkan Rp 20.000 per pekannya untuk mendapat pasokan gas ketimbang kayu yang harganya berkisar Rp 50.000 per hari.

“Biarlah kami tetap seperti ini. Tidak perlu dipaksa menjual ke siapa. Yang penting kami bekerja, tidak mengganggu lahan orang lain,” ungkap Fadir yang mengaku menekuni profesi ini sejak tahun 2009 lalu.

Sumur minyak tua di kedua desa itu merupakan peninggalan Belanda yang tidak dikelola lagi.

Dari semula sekitar 200 sumur di bawah wilayah kerja Pertamina EP, jumlahnya kini bertambah menjadi sekitar 700 sumur, karena warga terus membuka sumur-sumur baru. (Red/TJ dari Bisnis.com)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim