Musim Kemarau, Banyak Sumur Bor di Pacitan Yang Tak Dikelola Dengan Baik

Musim Kemarau, Banyak Sumur Bor di Pacitan Yang Tak Dikelola Dengan Baik

TerasJatim.com, Pacitan – Kelangkaan air bersih yang terjadi di sejumlah daerah, termasuk di Kabupaten Pacitan Jatim, sudah lama menjadi masalah di setiap musim kemarau. Hal ini, tentu bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja melainkan semua pihak, guna mencari solusi dari persoalan yang setiap tahun terjadi. Dengan harapan, wilayah yang terdampak kekeringan ke depannya tidak hanya mengandalkan bantuan air bersih saja, tetapi sudah dapat teratasi.

Di Pacitan, sejak tahun 1990 silam telah dilakukan pengeboran sumur di beberapa titik, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Badan Geologi Bandung maupun yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Tentunya, keberadaan sumur bor itu merupakan salah satu solusi persoalan air bersih ketika kemarau melanda, baik untuk kebutuhan warga maupun untuk pengairan lahan tanam.

Menurut data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Cipta Karya Pacitan, tercatat ada 45 titik sumur bor di Pacitan. Dengan rincian 27 unit dari Badan Geologi Bandung, 2 unit dari APBD II, 15 unit dari P2AT oleh PU pengairan dan 1 unit dari APBD I. Dengan kedalaman cukup bervareasi, mulai 40 meter, 80 meter hingga 150 meter lebih. 

Dari jumlah tersebut terdapat beberapa titik yang mangkrak, karena gagal, debit air kecil maupun tidak keluar air saat dilakukan pengeboran. Namun, menurut data itu di beberapa titik lainnya sudah dimanfaatkan, baik oleh warga maupun oleh PDAM.

Sumur Bor itu salah satunya dapat dijumpai di RT 01, RW 03, Dusun Daren, Desa Sedayu, Kecamatan Arjosari, yang dibuat oleh pemerintah pusat melalui Badan Geologi Bandung pada 2015 silam. Terlihat, keberadaan sumur bor tesebut tampak tidak terawat dan di area lokasi sumur di tumbuhi rerumputan liar, sehingga terkesan hanya dibiarkan saja. Hal ini karena memang belum dimanfaatkan maupun dikelola sepenuhnya, baik untuk kebutuhan warga atau untuk lahan tanam. 

“Sumur ini memang belum difungsikan dan juga belum dikelola. Kalau dalamnya sumur sekitar 160 meter,” kata, Asrofi, Ketua RT 01, RW 10, Dusun Daren, Desa Sedayu, Rabu (11/09/19).

Sebenarnya, lanjut Asrofi, sumur bor tersebut airnya cukup jernih dan cukup untuk memenuhi kebutuhan warga maupun untuk mengairi lahan persawahan di saat musim kemarau.

Untuk itu, pihaknya mewakili masyarakat setempat sangat berharap dapat dimanfaatkan. Mengingat, setiap rumah juga sudah terpasang meteran. “Sumur ini cuma dimanfaatkan kalau warga butuh mendadak seperti misal ada hajatan dan sebagainya. Barang, air sudah ada dan warga berharap bisa dimanfaatkan,” terangnya.

Sementara itu, Inun warga setempat mengaku, jika air dari sumur bor itu cukup jernih. “Setelah di bor dulu dan sebelum di pasang mesin di dalam sumurnya, airnya keluar sendiri dan jernih,” katanya.

Ia pun juga membenarkan jika sumur bor itu belum difungsikan secara maksimal dan hanya dimanfaatkan ketika warga butuh mendadak. Mengingat, mesin tersebut membutuhkan bahan bakar yang tidak sedikit ketika dioperasionalkan. “Paling kalau digunakan ya misal untuk kebutuhan mendadak saja, karena sampai saat ini belum ada yang mengelola,” imbuhnya.

Saat dikonfirmasi TerasJatim.com, Joko Hariyadi, mantan Kepala Desa Sedayu mengatakan, jika sumur bor tersebut hingga saat ini memang belum difungsikan. ”Sementara belum, karena operasionalnya belum dikoordinir,” katanya singkat.


Ditemui di ruang kerjanya, hal senada disampaikan Muhtar, Sekretaris Desa (Sekdes) Sedayu. Menurutnya, debit air dari sumur bor itu cukup baik dan kondisi airnya cukup jernih. Bahkan, jika sudah dikelola dimungkinkan mampu menjangkau kebutuhan air di desa-desa sekitarnya. “Saat ini belum difungsikan, ini kan mau Pilkades masih banyak kegiatan, kemungkinan tahun depan sudah dikelola, karena pada waktu musyawarah beberapa waktu lalu juga sudah disampaikan terkait bagaimana pemanfaatannya ke depan,” ujarnya.

Disinggung, jika sumur bor itu dikelola untuk Bumdes, Muhtar pun telah mengusulkannya pada waktu musyawarah. Ia menambahkan, ada beberapa kendala belum difungsikannya sumur tersebut, salah satunya memang belum ada yang menangani. “Selain itu biaya operasionalnya juga tinggi dan masyarakat juga sudah banyak yang memiliki sumur sendiri. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa dimanfaatkan,” imbuhnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim