Musim Basah Tiba, Kasus DBD dan Leptospirosis di Pacitan Tinggi
TerasJatim.com, Pacitan – Beberapa pekan terakhir hujan sudah mulai rajin membasuh Pacitan, Jatim. Kadang ringan, terkadang menderas. Kini musim telah bergeser, kabupaten dengan sebutan lain kota 1001 gua ini sudah menghijau.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai ketika musim basah tiba, yakni sejumlah penyakit yang turut membersamai, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan leptospirosis.
Kasus tersebut menurut data dari Dinas Kesehatan Pacitan tampak tinggi. Untuk DBD tercatat 559 kasus per Oktober. Sedangkan leptospirosis, sampai Oktober 2024 mencapai 268 pasien. Para penderita DBD dan lepto tersebut, hampir tersebar di 24 puskesmas.
“Mudah-mudahan tidak melonjak dengan signifikan,” ucap drg. Nur Farida, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes setempat, saat koordinasi kewaspadaan penyakit musim hujan bersama awak media, di Pacitan, Senin (18/11/2024) sore.
Dari data itu disebutkan, untuk kasus DBD tertinggi ditemukan di Puskesmas Tegalombo dengan 103 kasus, Tanjungsari 93 kasus, Pacitan 74 kasus, Donorojo 50 kasus, dan puskesmas sisanya di bawah angka 40 kasus, serta 5 puskesmas nihil kasus yaitu Jeruk, Pakisbaru, Kedungbendo, Sudimoro, dan Sukorejo.
Nyamuk penyebab penyakit DBD tersebut, lanjut Farida, aktif bergerilya pada dua waktu, yakni tiap pagi dan sore. Kata dia, pagi setelah matahari terbit sekitar 3-4 jam, dan jelang senja. “Jadi kita waspada itu sekitar jam 7-10 WIB. Kemudian sore, pukul 14.00-16.00 WIB. Itu jam-jam rawan, dan harus ekstra hati-hati. Jangan sampai digigit nyamuk,” katanya.
Masa inkubasi DBD terjadi pada 3-14 hari usai terpapar virus atau bakteri. Beberapa tanda gejala awal DBD yaitu adanya panas tinggi yang tidak turun dalam waktu 3 hari, merasakan sakit kepala, nyeri perut, mual hingga muntah. “Jadi misal digigit nyamuk, itu tidak langsung berdampak, tapi masa inkubasinya sekitar 3-14 hari,” terang Farida.
“Itulah mengapa kita harus waspada, karena gejala utama sebagian penyakit ketika musim hujan adalah panas,” sambungnya.
Masyarakat ketika merasa gejala-gejala yang mengarah kepada DBD, diharapkan gegas melakukan pemeriksaan ke Puskesmas terdekat, sehingga dapat dilakukan penegakan diagnosis, pengobatan dan tata laksana sedini mungkin.
Sebagai upaya pencegahan, Farida menyarankan agar pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilaksanakan dan jadi budaya. Langkah itu dinilai paling efektif, karena pencegahan dan pengendalian DBD dimulai dari rumah.
“Kami belum berhasil memahamkan masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk. Tapi, kami tidak berhenti berupaya, karena (PSN) itu adalah satu-satunya pencegahan DBD. Tidak ada yang lain,” ungkapnya.
Sedangkan leptospirosis, atau penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira dan disebarkan melalui urine atau darah hewan, endemi ini ditemukan paling banyak di wilayah Pacitan bagian Timur, mulai Puskesmas Kebonagung, Ngadirojo, Wonokarto, Tulakan dan Bubakan.
“Insya Allah empat puskesmas ini selalu waspada. Terbanyak di Ngadirojo 112 kasus. Dari 24 puskesmas, kasus lepto ini ada di 11 puskesmas. Hampir separo,” kata Farida.
Riwayat demam selama tujuh hari diketahui jadi masa inkubasi penyakit itu. Namun menurut Farida, gejala tersebut ketika di musim hujan ini perlu untuk dijadikan kewaspadaan diri. “Untuk saat-saat ini, demam dua hari tiga hari perlu diwaspadai, antara lepto atau DBD,” imbuhnya.
Terpisah, Kadinkes Pacitan, dr. Daru Mustikoaji menambahkan, musim hujan memang tidak sedikit penyakit yang ditularkan lewat air. Lantas, Daru menyiratkan agar ketika aktivitas di luar rumah pakai alas kaki, dan diharapkan tidak ada genangan di sekitar rumah tinggal, yang nantinya akan jadi sarang nyamuk.
“Yang jelas, membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Tipsnya, yang paling penting jangan lupa olahraga. Kemudian makan makanan yang sehat (4 sehat 5 sempurna),” ucapnya. (Git/Kta/Red/TJ)