Konferwil ke 18 PWNU Jatim Resmi Dibuka di Ponpes Tebuireng Jombang
TerasJatim.com, Jombang – Konferensi Wilayah (Konferwil) ke 18 PWNU Jatim yang diselenggarakan di kawasan Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jatim, secara resmi dibuka, pada Jumat (02/08/2024) malam.
Pembukaan ditandai dengan pemencetan tombol sirine oleh Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, dan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, bahwa NU harus terus berupaya melakukan transformasi. Hal ini mengingat telah banyak entitas yang tidak relevan dan terkikis oleh perkembangan jaman yang begitu cepat.
“NU akan terus berupaya menjadi organisasi yang tetap dibutuhkan oleh umat,” kata Gus Yahya, sapaan akrabnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, saat ini dunia sedang berubah dan perubahannya begitu cepat. Di tengah perubahan itu semua akan menghadapi tantangan yang paling mendasar, yaitu tantangan untuk menjadi tetap relevan. Karena perubahan tidak memandang entitas apapun.
“Perubahan itu bisa negara, atau organisasi, atau bahkan perorangan. Kita tahu sudah berapa banyak orang-orang yang begitu penting di tengah-tengah masyarakat menjadi tidak relevan karena habis masa jabatannya,” ujarnya.
Ia pun menyebut, dalam skala besar NU harus mampu mempertahankan relevansinya di tengah perubahan peradaban yang begitu cepat. Untuk itu, ia meyakini, bahwa NU adalah organisasi yang penuh keberkahan dan tetap dibutuhkan umat sepanjang jaman. “Apalagi dalam konteks masyarakat berskala peradaban seperti yang kita alami saat ini, maka NU-pun memiliki tantangan yang sama,” tuturnya.
“Dan sejauh mana NU mampu mempertahankan relevansi di tengah tengah perubahan yang begitu cepat. Sampai kapan orang butuh NU, kita yakin jam’iyah ini adalah jam’iyah yang berokah sebagai mana di nash oleh muassisnya sendiri,” sebutnya.
Ia pun berkeyakinan tentang keberkahan NU dan para muassis yang senantiasa membuat optimis tentang masa depan. Kendati demikian, keyakinan tersebut harus dibarengi dengan tanggung jawab yang besar pula. “Tetapi tentu saja siapapun yang sudah berani memegang tanggung jawab atas organisasi ini harus berbuat sesuatu, sehingga relevansi ini tetap lestari bahkan meningkatkan menjadi relevan lagi,” ujarnya.
Gus Yahya menambahkan, berdasarkan cara berfikir inilah, maka PBNU sampai pada kesimpulan bahwa jam’iyah harus bertranformasi. Transformasi yang dibutuhkan ialah transportasi secara dharury, bukan hanya musabaqoh menjadi lebih baik dari yang lain, atau bahkan hanya muharabah untuk memenangkan pertarungan dengan yang lain.
“Ini soal survival, bagaimana soal bertahan di tengah gelombang yang terjadi. Ini dalam rangka memenuhi kebutuhan transformasi itu kita kembangkan sejumlah strategi yang pada dasarnya meliputi 3 matra besar. Di antaranya meliputi konsolidasi tata kelola organisasi, konsolidasi agenda-agenda organisasi, dan konsolidasi sumber daya organisasi,” ungkap dia.
Ia pun bersyukur jika pada pembukaan Konferwil ini bukan hanya untuk melaksanakan kewajiban organisasi di lingkungan PWNU Jatim ini. “Tempat konferensi ini dilaksanakan di Tebuireng, tempat kita bertabaruk pada muassis jam’iyah dan dzuriyah beliau,” tutupnya. (Abu/Kta/Red/TJ)