Kisah Tragis ‘Ra Kuti’, Oposisi yang Berhasil Menguasai Istana Berakhir Maut

Kisah Tragis ‘Ra Kuti’, Oposisi yang Berhasil Menguasai Istana Berakhir Maut

TerasJatim.com – Sekelumit kisah memilukan pada masa-masa awal Kerajaan Majapahit, pada masa kekuasaan pengganti Raden Wijaya -sang pendiri kerjaan- yang sungguh menguras darah dan air mata.

Kisah bermula pada masa pemerintahan Raden Wijaya di Majapahit yang baru lahir. Saat itu disebutkan ada job jabatan Dharmaputra yang diberikan kepada 7 tokoh penting yang berbakti penuh kepada raja.

Ketujuh Dharmaputra ini, adalah Ra Kuti, Ra Semi, Ra Pangsa, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Tanca. Di antara mereka, Ra Kuti dan Ra Tanca menjadi yang paling terkenal, dengan jejak sejarah yang penuh darah dan pemberontakan.

Ra Kuti dikenal karena berhasil merebut istana dan mengangkat diri sebagai raja. Sementara, Ra Tanca dikenang karena berhasil membunuh Raja Jayanegara, pengganti Raden Wijaya.

Meski memiliki peran besar dalam sejarah Majapahit, keduanya mengalami akhir yang tragis di tangan Gajah Mada, seorang prajurit Bhayangkara yang kemudian menjadi tokoh sentral dalam menjaga stabilitas kerajaan.

Masyhur dikisahkan, setelah Raden Wijaya wafat, Majapahit dipimpin oleh Jayanegara, putra yang lahir dari seorang wanita Melayu yang naik tahta pada usia muda. Pemerintahannya dipengaruhi oleh Patih Dyah Halayuda, seorang pejabat yang licik dan manipulatif.

Berbagai kekejaman dan ketidakadilan semakin menjadi-jadi di bawah arahan Halayuda, yang menggunakan kekuasaannya untuk menyingkirkan siapa saja yang dianggap mengancam posisinya.

Akibatnya, ketidakpuasan muncul di antara para Dharmaputra, terutama setelah terbunuhnya Ra Semi yang setia pada Nambi, salah satu pejabat yang difitnah memberontak oleh kubu Halayuda (atau juga dikenal Ramapati).

Kedzaliman yang terus berlangsung memantik dendam para Dharmaputra semakin memuncak, sehingga tahun 1319 Ra Kuti memimpin pemberontakan besar dan berhasil merebut istana, dengan menyingkirkan Dyah Halayuda.

Tak ayal lagi, Ra Kuti yang berhasil merebut istana kemudian memproklamirkan diri sebagai raja.

Nasib baik masih berpihak pada Jayanegara, karena berhasil lolos dan diselamatkan Gajah Mada, yang saat itu hanyalah seorang prajurit biasa.

Gajah Mada yang baru mengabdi sebagai prajurit Bhayangkara berhasil menyelamatkan Jayanegara dengan membawa sang raja ke tempat aman dan kemudian memimpin strategi untuk merebut kembali istana.

Tak hanya jago perang tanding, dengan kecerdikannya, Gajah Mada tak butuh waktu lama berhasil menggerakkan pejabat-pejabat kerajaan yang tidak setuju dengan kekuasaan Ra Kuti.

Begitu pun dalam pertempuran sengit kehebatan Gajah Mada terbukti berhasil mengalahkan Ra Kuti dan para pendukungnya, untuk memastikan kembalinya Jayanegara ke tahta.

Namun karena kepongahannya, pemerintahan Jayanegara kembali menimbulkan kontroversi ketika dirinya berencana menikahi adik-adik tirinya demi mempertahankan kendali penuh atas kerajaan.

Ulah Jayanegara ini tak urung memicu kemarahan Ra Tanca, satu-satunya Dharmaputra yang tersisa. Puncaknya, saat Jayanegara sakit parah, Ra Tanca, yang dipanggil untuk mengobatinya, justru menusuk sang raja hingga tewas.

Sebagai prajurit pengawal raja, Gajah Mada segera membunuh Ra Tanca setelah tindakannya menusuk Jayanegara hingga trwas tersebut.

Walhasil, dari peristiwa ini menjadi titik balik perjalanan karir Gajah Mada sebagai pemimpin yang cemerlang di Majapahit dengan puncak jabatannya sebagai sang Mahapatih legendaris dengan Sumpah Palapanya.

Kisah tersebut sejatinya bukanlah sekadar cerita pemberontakan dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Tetapi juga tentag kisah perjuangan, loyalitas dan ambisi, biasa soal harta tahta dan wanita Satu hal yang pasti, akan selalu lahir tokoh yang heroik dalam pergulatan kekuasaan, semisal Sang Maha Patih Gajah Mada tersebut. (Saiq/Red/Tj-pelbagai sumber)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim