Gebrak Meja, Warnai Audiensi Paguyuban Warga Watukarung Pacitan dengan Pemdes

Gebrak Meja, Warnai Audiensi Paguyuban Warga Watukarung Pacitan dengan Pemdes

TerasJatim.com, Pacitan – Audiensi antara Paguyuban Warga Desa Watukarung, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jatim, dengan pemerintah desa setempat sempat bersitegang.

Terlihat, audiensi yang digelar di Balai Desa Watukarung itu awalnya berjalan lancar. Hanya saja, di tengah pembahasan sedikit diwarnai adu argumen antara warga dengan seorang perangkat desa, dalam hal ini kepala dusun.

Warga yang menyampaikan maksud belum tercapai, sang seorang kepala dusun itu tiba-tiba nyelonong bicara. Ia memotong pembicaraan dengan nada sedikit keras, ketika warga tersebut sedang minta keterangan dari perangkat desa lainnya.

Hal inilah seolah jadi pemicu terjadinya adu argumen hingga warga gebrak meja. Bahkan, ada warga yang spontan berdiri sambil mengangkat jari telunjuk ditujukan kepada sang kepala dusun tersebut.

Namun, adegan sedikit panas itu tak berlangsung lama. Hanya beberapa saat saja. Setelahnya, semua berjalan sesuai dengan harapan; tertib, lancar dan saling menghargai.

Menurut warga, dalam audiensi tersebut salah satunya membahas perihal undangan terkait musyawarah pembangunan Balai Desa Watukarung. Musyawarah itu dilaksanakan pada Rabu, 8 November 2023, atau 5 hari lalu.

Warga menilai, pembahasan pada musyawarah itu tidak sesuai dengan apa yang tertera pada undangan, yakni pembangunan balai desa. Sehingga, warga meminta klarifikasi dari pihak desa guna mengetahui duduk persoalan agar menemui titik terang.

“Saya sebagai warga, ketika ada undangan untuk musyawarah pembangunan balai desa, bagi saya itu sesuatu yang sangat memanggil saya. Tapi sampai di balai desa, inti undangan tersebut kok tidak sama,” kata Suyono, Koordinator Paguyuban Warga Watukarung, usai audiensi, Senin (13/11/2023) sore.

Hal yang dimaksud Suyono, dalam forum musyawarah pada Rabu malam itu adanya pembicara dari salah satu calon anggota legislatif (caleg), yang sudah ditetapkan dalam daftar calon tetap (DCT).

Dalam forum tersebut, lanjut Suyono, ia menyampaikan pendapat, bahwa apa yang dibahas dalam musyawarah itu bukan untuk pembangunan balai desa. Hal ini, kata dia, mengingat tidak ada rujukan-rujukan maupun pedoman bagaimana proges tentang pembangunan balai desa.

“Itu tidak ada. Tapi yang dibahas tentang suara 2024 dan sebagainya. Menurut saya yang peduli demokrasi di Watukarung ini agar sehat, saya keberatan. Sehingga saya sampaikan musyawarah ini tidak membangun demokrasi,” ungkapnya.

“Kemudian saya pulang, karena saya pikir, musyawarah itu tidak menghasilkan sesuatu yang baik untuk warga,” lanjutnya.

Tentang Politik, Watukarung Punya Cerita

Usai mengikuti musyawarah di balai desa pada beberapa malam lalu itu, Suyono kemudian gelar diskusi bersama sejumlah warga. Mengingat, realita dengan acara dalam undangan yang telah disebar dianggap tidak sesuai.

Dari diskusi ringan dan santai itu, menghasilkan satu kesimpulan yang wajib untuk ditindaklanjuti. Warga sepakat digelar audiensi, untuk minta klarifikasi kepada pihak desa guna mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.

Dalam audiensi yang dimulai pukul 13.30 WIB itu, nampak sejumlah perangkat desa mulai dari kepala dusun, sekdes, bendahara, hingga Ketua BPD, diminta untuk memberi keterangan terkait pra maupun pasca pelaksanaan musyawarah pembangunan Balai Desa Watukarung. Termasuk keterangan terkait dari mana asal anggaran untuk konsumsi.

Dihimpun dari penjelasan perangkat desa yang disampaikan itu, beberapa di antaranya batin mereka sudah merasa tidak enak. Seolah ada firasat jika musyawarah yang digelar pada 8 November lalu itu, di kemudian akan menimbulkan polemik.

Menurut kaca mata Suyono, di Desa Watukarung sendiri tidak sedikit cerita, pun kejadian terkait persoalan yang menyangkut politik. Meski tidak disebutkannya, bahkan dari problem tersebut ada yang berakhir di balik jeruji besi.

“Di Watukarung sudah banyak cerita, kejadian. Banyak korban dipenjara. Itu sudah ada, karena ya urusan-urusan politik seperti ini. Menurut saya, ini akan membawa sesuatu bencana untuk Watukarung,” ujarnya.

“Untuk apa kita membangun balai desa yang megah, kalau toh nanti menimbulkan konflik di masyarakat,” sambung dia.

Disoal terkait akan dibawa ke mana persoalan ini, kepada TerasJatim.com, Suyono mengatakan, bahwa hasil atau kesimpulan dari audiensi tersebut akan menjadi pertimbangan guna mengambil langkah-langkah selanjutnya.

“Ini akan jadi pertimbangan secara pribadi, maupun secara organisasi saya sebagai Paguyuban Warga Watukarung ke depan. Saya akan berbicara kepada teman-teman bagaimana memahami, memaklumi dan menyikapi hal tersebut,” terangnya.

“Tadi secara pribadi maupun kelembagaan, sudah disampaikan Pak PJ seperti itu (selesai cukup di desa), permohonannya kepada kita, sehingga kita akan mengkaji ulang,” imbuhnya.

Namun demikian, Suyono berharap dari persoalan itu bisa jadi rujukan untuk pembelajaran dan juga intropeksi diri bagi semua pihak, agar di masa datang persoalan serupa tidak terulang.

“Harapan saya, hal tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah, desa dan mungkin kepada orang-orang yang punya kepentingan. Sehingga, ini akan menjadikan pintu untuk membuka pemikiran-pemikiran baru, perubahan-peruban baru di Watukarung,” harapnya.

Pj Kades Minta Maaf: Belum Ada Politik

Audiensi yang berlangsung sekitar 2 jam lebih itu terasa seperti sudah setengah hari. Terlebih, suasana dalam acara itu terlihat lebih banyak seriusnya, yang dibumbui dengan sedikit ketegangan.

Usai menyampaikan ulasan, Pj. Kepala Desa Watukarung, Sumadi, berterima kasih atas aspirasi yang disuarakan warga kepada pemerintah desa. Hal ini, kata dia, demi kemajuan dan kesejahteraan warga setempat.

Disinggung terkait dugaan adanya nuansa politik pada musyawarah kelanjutan pembangunan balai desa, secara singkat pihaknya menampik hal itu. “Kalau saya secara pribadi, itu (musyawarah) belum ada terkait dengan politik,” katanya kepada TerasJatim.com, usai audiensi.

Namun, pihaknya berharap persoalan tersebut bisa segera selesai atau cukup dengan audiensi sampai di desa saja. Di satu sisi, ia menyampaikan permohonan maaf atas hal-hal yang mungkin kurang berkenan yang terjadi dalam musyawarah pembangunan balai desa.

“Kepada Pak Yono, Pak Edi cs, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya pada acara musyawarah kelanjutan pembangunan balai desa,” ucapnya.

“Kami hanya berniat untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di Desa Watukarung,” tukasnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim