Basic Kesehatan, Tokoh NU di Tulakan Pacitan Ini Peduli Pendidikan

Basic Kesehatan, Tokoh NU di Tulakan Pacitan Ini Peduli Pendidikan

TerasJatim.com, Pacitan – Sejarah panjang berdirinya sebuah lembaga pendidikan yang ada di pelosok desa, seringkali tidak diketahui bagaimana perjalanannya. Mulai kapan direncanakan hingga berdirinya sebuah bangunan gedung sekolah.

Di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan misalnya, sebelum ada SMP Hasyim Asy’ari, puluhan tahun silam keberadaan lembaga pendidikan di tingkat lanjutan setelah lulus SD/MI sangat jauh letaknya atau berada di pusat kecamatan/kota yang berjarak puluhan kilometer.

Terlebih, belum maraknya sarana transportasi maupun masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi. Sehingga, tidak sedikit anak-anak di usia sekolah yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah, lebih memilih untuk bekerja atau merantau ke luar kota. Bahkan, juga ada yang telah membina bahtera rumah tangga setelah lulus SD.

Hal itu sebagaimana disampaikan Suratman, mantan Kepala Desa Kalikuning dua periode (2007-2019). Ia mengatakan bahwa sebelum adanya sekolah tersebut, angka anak putus sekolah di desanya tergolong tinggi.

Meski tidak disebutkan jumlahnya, namun pihaknya bersyukur, lambat laun dengan adanya sekolah itu angka putus sekolah semakin berkurang. Bahkan, tidak sedikit anak-anak di desanya yang mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah.

“Kalau dulu anak putus sekolah banyak, lulus SD terus merantau. Tapi setelah berdirinya SMP Hasyim Asy’ari, MA Ma’arif Kalikuning, lambat laun semakin berkurang, bahkan saat ini anak lulusan S1 di Kalikuning ini se-Kecamatan Tulakan mungkin paling banyak, bahkan lulusan S2 juga tidak sedikit,” kata Suratman, saat ditemui TerasJatim.com, Selasa (16/07/2019).

Namun, adanya lembaga pendidikan tersebut sebagai motivasi hingga berkembang seperti saat ini, tidak terlepas dari peran dan perjuangan para tokoh yang peduli akan pendidikan. Mengingat, tantangan zaman ke depan semakin komplek. Sehingga dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.

Tokoh tersebut tidak lain H. Akhmad Ikhsan, yang merupakan pensiunan PNS mantri kesehatan dan sekaligus sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Kecamatan Tulakan, Pacitan. Selain disebut-sebut sebagai tokoh NU, Akhmad Ikhsan juga disebut sebagai perintis berdirinya SMP Hasyim Asy’ari yang terletak di Dusun Krajan, Desa Kalikuning.

“Apa yang telah dilakukan Pak Ikhsan ini dengan mendirikan SMP Hasyim Asy’ari juga perintis MA Ma’arif Kalikuning, setidaknya memotivasi anak mau melanjutkan sekolah dan sangat membantu masyarakat. Saya selaku warga dan mantan Kades Kalikuning sangat berterimakasih atas jasa Pak Ikhsan,” imbuhnya.

Sementara itu, Joko Winarno, Wakil Kepala Sekolah SMP Hasyim Asy’ari membenarkan bahwa sosok H. Akhmad Ikhsan merupakan pendiri sekolah tersebut. “Bukan hanya perintis berdirinya sekolah saja, tapi Pak Ikhsan juga membantu memfasilitasi semuanya dan beliau sangat semangat mendirikan sekolah ini serta selalu memberikan motivasi,” katanya.

SMP Hasyim Asy’ari, lanjutnya, berdiri pada tahun 1998 silam dengan memiliki siswa pada saat itu berjumlah sekitar 30 siswa. Namun, di awal berdirinya sekolah tersebut belum mempunyai gedung sendiri.

“Pada waktu itu kita belum memiliki gedung dan masih menggunakan rumah yang digunakan untuk sarana prasarana pendidikannya, jadi masih nunut. Kalau siswanya dulu sekitar 30-an, tapi lambat laun semakin bertambah, bahkan pernah mendapat siswa 200 lebih dan banyak siswa yang berasal dari luar kecamatan, seperti Kecamatan Tegalombo, bahkan dari wilayah Kecamatan Arjosari juga ada terutama perbatasan dengan Kalikuning,” ungkap Joko.

Ditemui di tempat berbeda, Sulistio, mantan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tulakan mengatakan, bahwa apa yang telah dilakukan oleh Akhmad Ikhsan dalam memajukan pendidikan di luar pemikirannya. Mengingat, dunia pendidikan bertolak belakang dengannya basic-nya orang kesehatan.

Menurut pria 68 tahun ini, Pak Ikhsan sapaan Akhmad Ikhsan, memiliki pemikiran untuk memajukan dunia pendidikan terutama di wilayah Tulakan sejak tahun 1998, yang pada saat itu ia masih berstatus sebagai PNS mantri kesehatan.

“Saya itu tidak sampai pikir sejauh itu, soalnya kan dia orang kesehatan kok sampai beli tanah untuk dirikan sekolah. Terus saya tanya Pak Ikhsan, ini beneran atau bercanda, coba saya lihat sertifikat tanah yang di wakafkan, jangan-jangan tanahnya nanti diminta setelah jadi sekolahan. Jawabnya, yang penting untuk makan cukup saya bersyukur dan tidak apa saya wakaf tanah, katanya waktu itu. Alhamdulillah ternyata sampai sekarang sekolah semakin berkembang,” katanya.

Lebih lanjut, Sulistio menceritakan, kemauan Akhmad Ikhsan dalam memajukan pendidikan di wilayah Tulakan bisa dibilang cukup tinggi, bahkan sering kali tukar pendapat kepadanya. “Dulu dia ini sering minta pendapat saya, intinya bagaimana kalau di Desa Kalikuning, didirikan sekolah karena wilayahnya luas, penduduknya banyak dan anaknya rata-rata nikah dini serta tidak mau sekolah. Ya ini menurut saya sangat baik sekali dalam mengurangi angka putus sekolah dan alhamdulillah dia punya pemikiran seperti itu,” ungkapnya.

Bukan hanya itu saja, di desa/kecamatan Tulakan pada tahun 2000, dia juga membeli tanah yang luasnya sekitar 1 hektar, kemudian didirikan sekolah yang saat ini bernama SMK Diponegoro. “Sekitar tahun 2000, dia juga beli tanah dan mendirikan SMK Diponegoro, kalau tidak salah ingat luasnya sekitar 1 hektar. Dia itu sangat peduli pendidikan, layak disebut tokoh pendidikan meskipun basic-nya orang kesehatan dan patut jadi contoh,” imbuhnya.

Sementara, menurut Akhmad Ikhsan, latar belakang ia mendirikan sekolah berawal dari tugas survey gizi di Desa Kalikuning sekitar tahun 1997. Dilihatnya, banyak anak usia sekolah yang tidak sekolah, sehingga membuatnya tersentuh dengan pendidikan.

Kemudian, ia pun mencoba bertanya kepada orang tua kenapa anaknya tidak bersekolah. Alasan orang tua saat itu adalah masalah jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh, sedangkan jika sekolah di kota tentu memakan biaya yang lebih tinggi, sehingga banyak anak yang tidak melanjutkan sekolah.

“Di situ saya tersentuh, dan memang daerahnya terpencil jauh dari sekolah-sekolah. Saya hanya berfikir, untuk memutus lingkaran kemiskinan dari pendidikan, ya setidaknya anak yang sekolah tentu pemikirannya akan berbeda dengan yang tidak sekolah,” ujarnya.

Berawal dari itu semua, kemudian pihaknya pun mengumpulkan sejumlah masyarakat Desa Kalikuning, baik guru, tokoh masyarakat hingga kepala desa, untuk diajak mendirikan sekolah. “Itu hampir dua dusun lebih bahkan di tetangga desa terdekat tidak ada akses sekolah sama sekali, sehingga ini yang menjadi latar belakang saya mendirikan sekolah di situ. Dan alhamdulillah setahun kemudian terealisasi,” ungkapnya.

Dengan mata berkaca-kaca, dari apa yang telah dilakukan itu, Ikhsan hanya bisa bersyukur, bahagia yang bercampur haru, ketika melihat anak-anak usia sekolah mau bersekolah. “Saya sangat bahagia saja melihat anak-anak di usia sekolah mau bersekolah. Semoga bermanfaat untuk masyarakat,” ucapnya lirih, sembari mengusap peluh di pipi. (Git/Kta/Red/TJ/Adv).

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim