Terong Jepang Berpotensi Dongkrak Ekonomi Petani Bojonegoro

Terong Jepang Berpotensi Dongkrak Ekonomi Petani Bojonegoro

TerasJatim.com, Bojonegoro – Seorang petani muda asal Desa Ngemplak, Kecamatan Baureno, Bojonegoro, Jatim, membudidayakan tanaman terong jenis ekspor. Mantan perantauan di Pulau Kalimantan tersebut optimis, tanaman terongnya bakal laku dan tak tergantung pasar lokal, sehingga mampu mendongkrak ekonomi petani.

Petani muda bernama Agus Aam (38), yang kini berdomisili di Kota Bojonegoro ini mengaku, awal dirinya menanam Terong Jepang’ bermula ketika dihubungi teman kerjanya di Kalimantan yang 2015 lalu resign dan memilih bertani terong Jepang tersebut.

“Awalnya saya ditelpon kawan perantauan dan diajak ngobrol tentang prospek terong Jepang ini. Saya tertarik akhirnya saya putuskan untuk pulang kampung dan ngontrak lahan untuk saya tanami terong,” ujar Aam kepada TerasJatim.com, di lahan kontrakannya di Desa Sumbertlaseh, Dander, Rabu (15/11/2023) sore.

Menurutnya, ia diserahi kawannya untuk mengelola penanaman terong Jepang di wilayah Kabupaten Bojonegoro. Sebab menurutnya, untuk area Tuban dan Lamongan sudah ada yang mengelola sendiri.

“Jadi, penanaman terong Jepang ini merupakan kerja sama dengan salalh satu pabrik di Jawa Tengah. Teman saya mengaku kewalaham menyuplai pabrik sehingga membutuhkan lahan yang luas,” ungkap lelaki bertubuh bongsor ini.

Secara rinci, Aam memyebut masa panen terong Jepang ini terhbilang sama dengan masa panen terong sayur yang ada, yakni umur 40 hari. Namun demikian, perbedaannya, terong Jepang ini bisa panen hingga 25 bahkan 30 kali petik.

“Terong Jepang ini sebenarnya juga bisa untuk sayur, tetapi lebih bernilai ekonomi jika diekspor untuk kosmetik. Sesuai kontrak, terong Jepang ini harganya Rp2000 per/kilo gram. Bisa panen hingga 30 kali dengan hitungan seminggu panen 2 kali,” terangnya.

Sebagai leader petani terong Jepang pemula, Aam kini membuka lahan seluas 6000 meter dengan tanaman terong Jepang sejumlah 7500 batang. Tanamannya baru berumur 23 hari dan sudah banyak yang mulai berbunga.

“Di sini lahannya cocok, pengairannya mudah. Karena terong Jepang memang butuh banyak air tetapi tanahnya tidak boleh becek,” urai lelaki yang juga aktivis suporter Persibo tersebut.

Meski masih pemula, Aam terus berupaya melakukan edukasi terhadap para petani konvensional supaya mau melakukan inovasi menjadi petani terong Jepang ini. Dari upayanya itu, sekitar 6 petani dengan total luasan lahan 2 hektar pun menjadi mitramya.

“Iya, ada 6 petani mitra saya. Ada yang menanam 5000 batang, 6000 batang, 3000, variatif. Bibitnya saya sediakan, Rp300/batang, nanti bayarnya tinggal dipotong saat panen. Yang pasti petani mendapat jaminan harga sesuai kontrak berkekuatan hukum yaitu Rp2000/perkilo,” pungkasnya, sembari berharap semoga usahanya bisa berkah. (Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim