Sungkem Untuk Ibu

Sungkem Untuk Ibu
ilustrasi

TerasJatim.com, Bojonegoro  – Banyaknya posting ucapan dan puisi penghargaan terhadap sosok seorang ibu di media sosial, membuat bergidik bulu tengkuk kita. Hal ini lantaran kita baru menyadari, bahwa ternyata hari ini, Selasa (22/12) adalah Hari Ibu.

Kenapa kita harus bergidik  ? Yah, karena tentu kita teringat betapa mulia dan tingginya derajat sosok yang secara fisik terbilang lemah namun sejatinya amatlah tangguh dan pemberani.

Ibu, Bunda, Emak, Mama, Umi, Nyak, atau mungkin masih ada lagi sebutan para sosok pahlawan bagi anak-anaknya tersebut. Namun apapun panggilannya, tak satupun dari anak yang tak berhutang jasa kepada ibu mereka, kecuali beberapa dari sebagian kecil ibu yang tak bertanggung jawab, sehingga tega menyia-nyiakan buah hati mereka. Sekali lagi, hal itu masuk perkecualian karena bagi sebagian besar publik perilaku tersebut dianggap melawan fitrah dan kodratnya sebagai Ibu.

Dalam sabdanya, Nabi Muhammad SAW dengan tegas memposisikan Ibu pada derajat yang tinggi dalam penghormatan. Bahkan Nabi sampai tiga kali menyebutnya saat seorang sahabat bertanya, “Siapa orang yang harus dihormati ?” Nabi menjawab; “Ibumu, Ibumu, Ibumu lalu Ayahmu..”.

Betapa kasih sayang ibu memang tanpa batas terhadap anak-anaknya. Betapa  nyawa-pun rela ia pertaruhkan demi kehidupan anaknya.

Saat kita remaja dan belum berkeluarga, mungkin sosok ibu belum begitu mendapat tempat di alam jiwa. Namun, yakinlah, ketika kita telah berkeluarga dan dikaruniai anak serta berada di tempat yang jauh dari Ibu, maka di situlah belai kasih Ibu (begitu juga Bapak) sangat dirindukan.

Yakinlah, semua orang yang sudah berusia tua sekali waktu terlintas pemikiran untuk bernostalgiakembali menjadi kanak-kanak dan dimanja orang tua terutama sang Ibu.

Saat masih di TK, para guru mengajari sebuah lagu tentang betapa kasih sayang Ibu terhadap kita. Disebutkan dalam bait lagu tersebut, bahwa “kasih sayang ibu itu tak terhingga sepanjang masa. Tak ada pamrih, tanpa meminta upah, hanya member tak harap kembali, bagaikan surya yang menyinari dunia.”

Dulu, lagu itu hanya sebatas hafalan saja. Dulu, mungkin kita pernah merasa bosan tiap hari terus-menerus diajak untuk melantunkannya oleh ibu guru kita. Dulu, mungkin kita tak tahu hikmah dibalik lagu yang sederhana namun sejatinya berisi nilai-nilai luhur akan penghormatan terhadap sosok yang selalu kita rindukan kasih sayang dan doa-doanya.

Di Hari Ibu ini, seyogyanya kita bareng-bareng “nggerayangi jithok” kita atas apa yang telah kita persembahkan untuk ibu kita tercinta. Walaupun tak akan mungkin mampu membalas semua  jasa orang tua terutama Ibu, karena dunia dan seisinya pun masih belum cukup untuk membalas kebaikan beliau.

Setidaknya mari bertanya pada diri kita masing-masing, sudahkah kita termasuk menjadi anak sholeh atau sholehah-kah ?

Salam sungkem Ibu…. Semoga berlimpah bahagia dunia hingga akherat (Saiq/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim