Sembako Naik, Musibah dan Berkah

Sembako Naik, Musibah dan Berkah

TerasJatim.com – Saya tidak begitu kaget, jika beberapa hari ini issu nasional tentang meroketnya harga komoditi kebutuhan pokok masyarakat sedang hangat-hangatnya dibicarakan. Bahkan, bisa jadi sebagian masyarakat juga sudah terlalu “biasa” melihat fenomena rutin ini.

Hampir bisa dipastikan, jika setiap ada perayaan hari besar keagamaan di negeri ini, senantiasa dibarengi dengan melonjaknya harga kebutuhan pokok.

Hal ini, tidak hanya menjelang Ramadhan dan Lebaran saja, bahkan menjelang Natal dan tahun barupun, publik selalu diminta untuk terus “mengelus dadanya” akibat merasakan dampak atas melambungnya harga kebutuhan pokoknya di pasaran.

Logikanya, jika harga sembako naik menjelang Ramadhan atau Lebaran, mungkin masih dapat diterima oleh akal sehat publik. Sebab dalam masa itu, masyarakat luas banyak yang membutuhkan sembako, dan ukurannya melebihi kebutuhan hari-hari biasa. Pasalnya, penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim.

Namun,  jika saat perayanan Natal atau liburan tahun baru seperti ini harga tetap naik dengan alasan jumlah kebutuhan yang meningkat, tentu secara logika bisa dianggap tidak masuk akal dan layak untuk dipertanyakan. Bahkan pertanyaan yang agak ekstrim adalah, “Berapa sih sebenarnya jumlah masyarakat yang merayakan Natal di negeri ini ?”

Setiap terjadinya kenaikan harga komoditi kebutuhan pokok, masyarakat di tataran bawah yang langsung merasakan dampak dan kegelisahan. Bagaimana tidak, mereka yang secara ekonomi tidak mempunyai peningkatan, dituntut untuk pintar mengelola uang belanjaan hariannya yang jatahnya tetap, bahkan karena melambatnya ekonomi, bisa jadi uang belanja hariannya justru makin turun.

Kegelisahan masyarakat dalam menyikapi hal ini memang beralasan, sebab tidak tertutup kemungkinan setiap ada perayaan dan hari besar keagamanan, di dalamnya ada “pemain harga”. Kondisi seperti ini, diduga merupakan kesempatan bagi spekulan dan pemburu rente untuk ikut bermain, sehingga harga sembako meroket signifikan.

Sebagaimana banyak diberitakan oleh media-media di tanah air, hampir di setiap daerah, harga kebutuhan pokok terus merangkak naik. Kenaikan harga tersebut terjadi hampir pada seluruh komoditas kebutuhan pokok masyarakat. Harga kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan cukup tajam terjadi pada cabai, bawang, telur dan daging.

Tingginya lonjakan harga kebutuhan pokok di seluruh daerah menjelang perayaan Natal dan tahun baru, banyak disinyalir akibat permainan para spekulan. Dugaan tersebut muncul karena kenaikan harga kebutuhan pokok terjadi hampir setiap hari.

Banyak alasan dan alibi sebagai dasar pembenaran dalam situasi seperti ini, yang salah satunya adalah dengan menyalahkan perubahan iklim dan cuaca.

Seharusnya, dengan adanya fenomena ini, jauh-jauh hari pemerintah bisa melakukan langkah antisipatif. Salah satunya dengan memperhatikan variabel di dalamnya.

Dalam kasus kebiasaan naiknya harga sembako, variabel terpenting adalah struktur pasar. Jika ada pasokan dan distribusi yang lancar, namun struktur pasar tidak tertata dengan baik, maka dapat dipastikan ada potensi kekacauan tentang harganya.

Diakui atau tidak, dari jaman dulu hingga sekarang, sudah berapa puluh menteri dan penanggung jawab kebijakan pasar berganti, pengaruh mafia dan spekulan sembako di lapangan masih tumbuh subur.

Masalahnya sekarang adalah bagaimana keseriusan otoritas pemerintah di semua tingkatan untuk senantiasa rajin mengontronya. Jadi, jangan ketika rakyat sudah sekarat, baru kemudian pemerintah turun tangan mengambil langkah dengan melakukan kontrol ketat.

Dengan kembali melonjaknya harga sembako, hal ini bisa merupakan musibah bagi masyarakat, namun di sisi lain justru berkah para spekulan.

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim