Sejak Sebelum Indonesia Merdeka, Dua Dusun Masih Gelap Gulita

Sejak Sebelum Indonesia Merdeka, Dua Dusun Masih Gelap Gulita
Tampak Dusun Serah Kencong, Kecamatan Wlingi Blitar, saat siang hari

TerasJatim.com, Blitar – Disaat masyarakat resah dengan rencana pemerintah mencabut subsidi listrik 450 dan 900 watt, masyarakat yang berada di dua dusun yang berada di Kecamatan Wlingi, yaitu Dusun Wiji Omboh dan Dusun Serah Kencong, sangat berharap pemerintah segera memasang listrik di tempat mereka.

Karena semenjak Indonesia merdeka dan manakala Presiden sudah berganti tujuh kali, dua dusun itu tetap gelap gulita di malam hari karena belum teraliri listrik.

Dari informasi yang dihimpun TerasJatim.com di lapangan menyebutkan, jika keinginan sebanyak 210 kepala keluarga (KK) di dua dusun itu untuk mendapatkan sambungan listrik dari PLN, sepertinya harus tertunda terus. Sebab, pihak PLN memastikan, belum bisa merealisasikan keinginan warga di dua dusun tersebut, yakni, Dusun Babatan Wiji Omboh, dan Dusun Serah Kencong.

Saat dihubugi TerasJatim.com, Manager PLN wilayah Wlingi Raya, Lasmono mengatakan, sebetulnya PLN sudah berkali-kali melakukan survei ke dua dusun itu. Namun hasilnya sampai kini PLN belum bisa memastikan kapan keinginan warga itu akan dipenuhi. Sebab masih terkendala dengan kondisi alam di dua dusun tersebut.

Selain berbukit, dusun-dusun tersebut juga mempunyai jarak yang cukup jauh, atau sekitar 35 km dari desa terdekat yang sudah tersambung aliran listrik, yakni Desa Semen Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar yang berbatasan dengan Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.

“Kami juga sudah berulang kali melaporkan ke pimpinan, setiap kali ada pengaduan dari warga dua dusun itu terkait permintaan sambungan baru, namun, ya begitu, tetap saja, belum ada keputusan kapan akan direalisasikan,” kata Lasmono.

Belum bisa direalisasikan keinginan warga itu, papar dia, ada pertimbangan lain, yang cukup urgen, yakni, terkait biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan jaringan kabel ke dua dusun tersebut. Kalau dikalkulasikan, itu tak sebanding dengan biaya investasinya. Bahkan, PLN bisa tekor karena jumlah pemasangnya yang hanya sekitar 210 KK.

“Kecuali, pihak Pemkab ikut mensubsidi pemasangannya, itu lain lagi, atau, ada sekitar 1.000 KK, yang akan memasang jaringan baru. Sayangnya kendala kita  di desa itu cuma ada 200 KK, maka biaya yang diinvestasikan, akan lama kembalinya,” ungkapnya, tanpa menjelaskan rinci soal biaya yang akan dibutuhkan.

Tak hanya tak teraliri listrik, namun pembangunan di dua dusun itu sepertinya juga tertinggal jauh dibandingkan dengan dusun-dusun lainnya. Malahan, bisa dibilang hampir tak tersentuh pembangunan. Hal itu bisa dilihat dari kondisi jalan desanya yang masih makadam, dengan bebatuan yang hanya ditata biasa dan tanpa diberi semen.

Untuk mengatasi kebutuhan listrik, warga mencari alternatif lain, yakni dengan membuat kincir air untuk dijadikan pembangkit listrik pada tahun 2011. Caranya, memanfaatkan aliran sungai untuk dipakai menggerakkan balang-baling kincir air tersebut. Namun tiap hari hanya menyala 12 jam atau pada malam hari saja, yakni mulai pukul 17.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB.. Sebab, kalau dinyalakan siang juga, itu akan menambah biaya untuk kebutuhan operasional termasuk untuk membeli solar. Untuk kelancaran biaya operasional sehari-hari, warga sepakat iuran setiap bulannya dengan disesuaikan pemakaiannya. Semisal, bagi warga yang punya televisi dikenakan iuran Rp 30 ribu per bulan, sedang yang tidak mempunya televisi cukup membayar iuran Rp 20 ribu per bulan. (Aji/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim