Reshuffle Kabinet Jilid Dua
TerasJatim.com – Wacana dan spekulasi perombakan kabinet jilid ke dua, kembali memanaskan suhu politik nasional. Menyusul pada akhir pekan kemarin banyak tamu dari para tokoh nasional yang berseliweran menghadap presiden di istana.
Malahan, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli sempat mengeluarkan kalimat yang lumayan heboh, bahwa perombakan kabinet tidak akan efektif jika di pemerintahan ada dua matahari kembar.
Entah apa yang dimaksud dengan “matahari kembar” tersebut. Yang pasti, pernyataan ini dia sampaikan terkait munculnya isu bahwa Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat ini akan kembali merombak susunan kabinetnya.
Rizal mengatakan, keberadaan dua matahari di pemerintahan hanya akan menciptakan ketidaksolidan dan perpecahan. Padahal untuk percepatan ekonomi di segala bidang, salah satunya membutuhkan sebuah tim yang segaris dengan presiden.
Bisa jadi, perkataan Rizal tadi sedikit membuka tabir bahwa setiap ada isu reshuffle kabinet, di dalamnya merupakan ajang bagi siapapun yang berkepentingan untuk mendekati pusat kekuasaan untuk sekedar coba-coba mempengaruhi pemegang hak prerogratif, atau bahkan bisa jadi di dalamnya terjadi tarik ulur dan adu kekuatan untuk mempengaruhi keputusan hak prerogratif.
Konon, dalam isu perombakan kabinet, sejatinya bukan hanya keinginan presiden semata, melainkan adanya kompromi-kompromi politik yang tidak utuh dan harus diakomodir oleh presiden.
Di saat awal menjabat, ketika presiden akan mengumumkan kabinet kerjanya untuk yang pertama kalinya, dikabarkan di dalamnya penuh dengan kompromi-kompromi yang harus diakomodasi, sehingga saat itu munculah nama-nama yang jauh dari ekspektasi publik.
Kabinet kerja Jokowi saat itu, bukan diisi oleh orang yang dikehendaki presiden sepenuhnya. Sehingga pada masa awal pemerintahannya, tim kabinetnya terkesan berjalan sendiri-sendiri dan bisa dianggap sangat lelet.
Namun, sejak terjadinya bongkar pasang kabinet jilid pertama, perlahan tapi pasti presiden dikabarkan “tidak diganggu” dan mulai bisa menyusun tim kabinetnya (paling tidak) mendekati dengan yang diinginkannya.
Pasca perombakan kabinet jilid pertama yang lalu, Presiden langsung mendapat apresiasi masyarakat karena dengan keputusannya yang menegaskan bahwa dia tak mau didikte dan didesak-desak untuk merombak kabinet.
Menurut Jokowi, perombakan dan pergeseran jabatan menteri dalam kabinetnya merupakan murni hak prerogatifnya. Ke depan, siapapun presidenya, kita berharap reshuffle menteri didasarkan atas kebutuhan dari presiden sendiri.
Namun, hingga kini publik masih menilai jika formasi kabinet kerja Jokowi masih terdapat sejumlah menteri yang dianggap bermasalah atau tidak kompeten. Sehingga publik menunggu dan berharap ada perombakan kabinet selanjutnya, yang tujuannya hanya demi kepentingan rakyat banyak, dan bukan sekedar mengakomodir kepentingan kelompok dan golongan tertentu.
Kini, kabarnya perombakan kabinet jilid dua hanya tinggal menunggu waktu. Sebagai etika politik, Presiden Jokowi dikabarkan masih menunggu kepulangan Wapres JK yang tengah melawat di luar negeri pada 6 April nanti. Walaupun sebetulnya presiden bisa dan boleh menentukan para menterinya sendiri tanpa harus konsultasi dengan siapapun,
Yang pasti, ada perombakan kabinet atau tidak, ada pergeseran menteri atau tidak, jika memang ada pertarungan dan tawar-menawar mengenai reshuffle kabinet, semuanya akan berpusat pada tangan presiden sang pemegang hak prerogratif.
Bagaimanapun, dua tahun pemerintahan ini berjalan, publik menuggu perwujudan Trisakti, Nawacita dan Revolusi Mental secara nyata dengan fokus keadilan sosial, kesejahteraan umum dan pembasmian korupsi.
Publik menunggu hasil kinerja sesegera mungkin dari pemerintah dan “Gak Pakai Lama”.
Salam Kaji Taufan