Mbah Sikat Wanita Tua di Pacitan, Habiskan Sisa Umurnya Untuk Urus Rumah Ibadah

Mbah Sikat Wanita Tua di Pacitan, Habiskan Sisa Umurnya Untuk Urus Rumah Ibadah

TerasJatim.com, Pacitan – Seorang perempuan tua di RT01/RW06, Dusun Kedung Grombyang, Desa Kedungbendo, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan Jatim ini, patut menjadi contoh dan inspirasi bagi siapapun. Niatnya begitu mulia, yakni dengan mengabdikan diri demi kemakmuran rumah ibadah tanpa mengharap imbalan materi.

Mbah Sikat warga menyebutnya, perempuan kelahiran 8 Agustus 1941 itu dalam kesehariannya membersihkan tempat ibadah (mushala) di desa setempat. Selain menyapu dan merapikan alat shalat, dia juga yang mengisi gentong (wadah) air dengan ember yang dibawanya dari mata air di di sekitar ia tinggal, untuk keperluan wudlu jamaah yang hendak menunaikan ibadah shalat.

“Semua ini niatnya untuk ibadah. Ikhlas,” ucap Mbah Sikat, di rumahnya, Jumat (23/04/21) kemarin.

Rutinitas yang dilakukan Mbah Sikat itu bukan hanya di bulan Ramadan saja. Tetapi di bulan-bulan sebelumnya juga telah dilakukan. “Setiap hari. Pagi dan sore membersihkan mushala. Kadang siang, kadang sore isi air untuk wudllu,” katanya dengan menggunakan bahasa Jawa.

Terpisah, Tumadi, Kepala Dusun (Kasun) Kedung Grombyang, Desa Kedungbendo mengatakan, Mbah Sikat merupakan salah satu bukti kehidupan di Pacitan dalam kondisi apapun. Selain memenuhi kebutuhan hidupnya, ia masih sanggup meluangkan waktu untuk mengabdi dengan setia menjaga rumah ibadah tetap bersih.

“Semoga apa yang dilakukan oleh Mbah Sikat ini akan menjadi bekalnya kelak,” ungkap Tumadi menambahkan.

Jika melihat lebih jauh sisi lain kehidupan Mbah Sikat itu cukup membuat hati ini kecil. Betapa tidak, ia sebatang kara setelah suaminya berpulang 6 tahun silam. Dari segi ekonomi, bisa dibilang pas-pasan. Sebab, ia hanya mengandalkan hasil jualan jajanan tradisional yang hasilnya tak seberapa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sementara, rumah yang ia tempati itu bisa dibilang gubuk reyot berukuran 3×6 meter dengan dinding kayu dan lantai berupa tanah kering. Dinding yang berupa kayu itu terlihat rapuh, sedangkan atapnya sudah kehilangan fungsi untuk meneduhkannya. Terlebih, rasa nyeri karena tidur di atas kayu beralaskan kain bekas.

Dalam kondisi itu, perempuan 80 tahun tersebut tentu tak banyak berbuat untuk memperbaiki hidupnya. Hanya saja niat yang dilakukan Mbah Sikat, ingin menghabiskan sisa usianya demi kesejahteraan dan kemakmuran rumah ibadah itu cukup mulia dan patut di contoh. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim