Lembaga Yang Terhormat

Lembaga Yang Terhormat

TerasJatim.com – Saat membaca  berita di salah satu media on line  nasional hari ini, saya lumayan kaget. Bagaimana tidak, di situ terlihat jelas gambar saat sidang dewan, ada 3 pimpinan dewan yang mengenakan masker dan menutupi mulut serta hidungnya, sedang 2 pimpinan DPR lainnya, mengalungkan masker di lehernya. Kabarnya, hal itu juga diikuti oleh beberapa anggota dewan lainnya.

“Setelah mendapat banyak protes dari peserta rapat paripurna, semua pimpinan DPR akhirnya membuka maskernya. Fahri adalah pimpinan DPR yang paling terakhir membuka maskernya”. (KOMPAS.com , 30/10/15)

Saya tidak tahu, apa maksud dibalik gaya pimpinan DPR-RI ini.  Kabarnya sikap ini diambil sebagai bentuk wujud empati lembaga DPR terhadap masyarakat yang daerahnya terkepung oleh bencana kabut asap. Hmmm… Pertanyaanya adalah, apa memang iya ?

Menengok catatan perjalanan mereka selama ini yang penuh dengan catatan kurang baik, wajar saja kalau diantara kita semua  menanyakan ketulusan dari rasa empati mereka atas penderitaan rakyat yang diwakilinya. Kalau memang itu benar, kenapa baru sekarang simbol-simbol itu diperlihatkan. Kenapa tidak jauh-jauh hari, dimana sudah 4 bulan ini masyarakat Indonesia di sumatera dan kalimantan, kelempoken asap ?

Tanpa saya tulis di sini, lembaga yang satu ini sudah sangat dipahami sepak terjangnya oleh hampir semua masyarakat negeri ini. Banyak akrobat-akrobat politik yang vulgar dipertontonkan oleh sebagian oknum anggota dewan di depan muka rakyat. Seperti halnya sekarang, ketika sebagian rakyatnya megap-megap karena asap, bukannya terjun dan turun langsung untuk merasakan atau paling tidal mencicipi kepulan asap yang selama ini mendera dan membuat derita rakyat, eh, malah mengumbar kegaduhan baru tentang rencana pembentukan Pansus Asap.

Saya kutip dari (Tribun, Kamis (1/10/2015), LSM FITRA yang terus mengawasi kinerja lembaga yang “terhormat “itu, mencatat data konkret bahwa ada 6 raport merah  mengenai kinerja DPR dalam satu tahun awal masa kerjanya. Secara keseluruhan, pihak DPR condong menjalankan politik anggaran untuk diri sendiri dan tidak pro rakyat.  Mereka hanya mementingkan urusan mereka sendiri dibanding untuk kepentingan rakyat yang konon diwakilinya.

Belum lagi dagelan politik mereka yang terus berlindung di balik “untuk kepentingan rakyat”, seperti studi banding ke luar negeri, rencana pembangunan gedung DPR yang baru, gaya hidup yang hedonisme, sering bolos di saat rapat-rapat yang seharusnya mereka hadiri dan banyak lagi hal saru yang dibuat terang benderang untuk dipertontonkan. Belum lagi kasus korupsi yang banyak menjerat oknum anggota dewan saat ini.

Banyak stigma buruk dan penilaian dari masyarakat tentang jati diri sebagai anggota dewan. Anggota DPR dianggap melupakan fungsinya sebagai lembaga legislatif, dan cenderung sering mempertontonkan perrmainan dagelan politik mereka. Kegaduhan di lembaga DPR tersebut pada akhirnya menjadi sebuah tontonan yang biasa bagi rakyat yang diwakilinya. Bisa jadi, sikap itu dianggap sebagai cerminan perilaku sesungguhnya anggota legislatif.

Tentu sebagai rakyat kita terus berharap, agar lembaga yang mewakili kepentingan rakyat, segera dikembalikan pada “marwah” yang sesungguhnya, dan diisi oleh orang-orang yang memahami akan sebuah tanggung jawab dari sebuah amanah rakyat. Setelah itu semua terjadi, dan rakyat merasakannya, sepertinya kita tidak akan pernah segan menyebut sebagai lembaga yang terhormat.

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim