Boloan Bakul Minyak

Boloan Bakul Minyak

TerasJatim.com, – Sebenarnya tulisan ini saya persiapkan untuk diposting teman-teman redaksi mendekati maghrib hari ini (06/10). Tapi karena tulisan saya belum mendapat slot dan restu dari pimred-nya untuk di posted, maka saya menunggu sekaligus harap-harap cemas, jangan-jangan tulisan saya kalau keluarnya malam, bisa setengah basi dan “masuk angin”. Karena yang saya tulis tentang bisik-bisik rencana kebijakan penurunan harga bbm.

Tapi saat pukul 21 lebih, di media-media nasional belum ada kabar resmi tentang perubahan harga bbm, maka saya minta tulisan saya sesekali  ucul agak maleman. hehehe

Informasi yang saya baca dari sebuah media on-line nasional, dengar-dengar pemerintah sedang meminta pertamina untuk mengkaji kembali harga bbm yang sedang berlaku sekarang. Dalam pandangan pemerintah, harga bbm bersubsidi yang dipatok sekarang, perlu untuk di re-view kembali. Sederhananya, kira-kira harga bbm bersubsidi khususnya minyak solar, apakah bisa diturunkan lagi ?

Tentu, kalau memang satu dua hari kedepan atau mungkin minggu ini ada keputusan tentang penurunan harga bbm, kita seharusnya patut berharap lebih. Walaupun toh pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa kesulitan ekonomi yang dirasakan kita dan masyarakat  akan segera berakhir, minimal kita punya harapan tentang sebuah kebijakan yang tengah dilakukakn oleh pemerintah. Dan dari kacamata rakyat, paling tidak pemerintah sudah mencoba melakukan upaya sesuatu.

Buat saya, saat pemerintah sekarang dan yang lalu-lalu memutuskan untuk menaikkan harga bbm, seketika itu juga harga kebutuhan termasuk yang pokok, otomatis mengikutinya. Tapi, siapa yang berani menjamin jika harga bbm dikoreksi dan bisa turun, harga-harga kebutuhan dasar juga ikut turun ?

Dari dulu kita sering mendengar, ada asumsi harga bbm kita terendah dibanding dengan negara tetangga. Kita sering dicekoki dengan perbandingan angka-angka tentang biaya produksi bbm dengan harga yang dijual dengan harga bersubsidi. Kita sering dipameri berapa kerugian pertamina dalam membantu subsidi bbm yang konon kabarnya ter-“murah” untuk masyarakat.

Saat memutuskan kenaikan harga bbm, kita diajak untuk memahami alasan-alasan dan pembenaran pemerintah dalam keputusannya. Tapi faktanya, ketika harga bbm sudah dinaikan, sepertinya pemerintah tidak punya solusi yang konstruktif untuk mempertahankan harga-harga kebutuhan dasar yang menjadi kebutuhan hidup rakyatnya sehari-hari. Justru yang sering kita lihat dan dengar adalah problem baru di masyarakat untuk bisa sesegera mungkin menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Sambil kita dibuai untuk menerima kondisi dengan dana-dana macam BLT.

Buat rakyat, berapapun tingginya harga bbm yang dipatok oleh pemerintah, asal rakyat diberi ruang untuk “mampu” dalam kehidupan harian-nya, bukan menjadi soal. Tapi sebaliknya, semurah apapun harga bbm yang diturunkan oleh pemerintah, sedang rakyat tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan kebutuhannya, itu hanya sebuah akal-akalan yang sia-sia.

Masyarakat kita (termasuk saya)  tidak paham dan mungkin tidak mempunyai waktu untuk memahami alasan-alasan pemerintah tentang standar baku perhitungan harga minyak dunia dan nasional. Berapa lifting minyak kita, berapa kebutuhan yang harus diimpor memakai dolar, dan menjualnya ke masyarakat dengan nilai rupiah plus besaran berapa subsidinya. Termasuk alasan lain untuk mencukupi kebutuhan minyak nasional.

Yang kita mau dan minta pemerintah paham, adalah bagaimana tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk menyiapkan kebutuhan dasar rakyatnya dengan harga yang “mampu” untuk dijangkau. Kita tidak dalam konteks bicara mahal atau murahnya sebuah harga bbm, tapi yang lebih esensial adalah soal mampu atau tidaknya kita untuk membeli kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar lainnya.

Jangan pernah membandingkan harga bbm kita dengan singapura dan malaysia. Seharusnya, pemerintah membandingkan tingkat kemampuan dan kesejahteraan rakyatnya dengan negara-negara itu. Alangkah naif-nya jika kita dan para pemimpin berpikir dengan metode parsial tentang sebuah kebutuhan dasar rakyatnya. Hajat dan kebutuhan dasar rakyat, seharusnya dihitung dan diputuskan secara matang dan berpikir lebih dulu tentang kemampuan rakyatnya.

Selain sembako, kita semua sepakat bahwa bbm harus dilihat sebagai sebuah elemen penting yang mempengaruhi kebutuhan dasar rakyat. Karena sudah menjadi kebiasaan dan tradisi bahwa perubahan harga seliter bbm, sangat berpengaruh terhadap harga sepiring pecel, se-besek pindang dan yang lainnya.

Untuk sebuah negeri yang ada rakyat dan pemerintahnya,  hal-hal yang mendasar dan bersentuhan dengan kebutuhan rakyat, seharusnya tidak dikelolah dengan perhitungan bisnis. Apalagi berbicara “laba-rugi”. Negara seharusnya mendahulukan kebutuhan rakyatnya. Pemimpin seharusnya  selalu berfikir tentang kemakmuran rakyatnya. penguasa seharusnya dekat dan senantiasa menyayangi rakyatnya, di banding dengan BBM (Boloan Bakul Minyak)

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim