BATIK “Barokahe ra Sitik”

BATIK “Barokahe ra Sitik”

TerasJatim.com – Jujur, saya tidak tahu kalau disetiap tanggal 2 oktober, semua sepakat menjadi Hari Batik Nasional. Makanya saya agak heran, kemarin banyak diantara teman di redaksi yang memakainya. Kalau saja saya tahu dari awal, mungkin kemarin saya ngantornya juga ikut-an pakai baju batik. Hehehe

Walaupun saya tidak banyak memiliki jenis pakaian batik, sebenarnya dari dulu saya punya perhatian lebih tentang batik. Saya paling suka jika melihat orang yang memakai baju batik. Entah itu di pertemuan kondangan, atau di tv-tv. Kesan yang saya lihat, pemakai batik itu tampak lebih mempesona, elegan dan sedap dipandang mata.

Saat masih remaja dulu, kebetulan tempat nongkrong favorit saya di sekitaran hotel simpang surabaya. Selain letaknya strategis, daerah tunjungan memang sebagai sentra keramaian. Di situ ada gerai batik berkelas yang bernama danarhadi. Hampir setiap hari, gerai itu dikunjungi oleh orang-orang yang menurut saya hanya dari kalangan atas. Buat saya (saat itu), batik adalah pakaian mahal, eksklusif dan hanya diperuntukan untuk kalangan tertentu, dan saya merasa belum bisa menjangkaunya karena mahalnya sepotong kain batik.

Lumayan lama pengetahuan saya tentang batik cekak. Yang saya tahu, batik itu hasil karya tangan orang-orang tertentu yang mempunyai keahlian di bidang batik. Dan produsen batik (hanya) ada di pekalongan dan solo saja. Branded kota batik ada di dua kota yang masuk wilayah jawa tengah itu. Sedang corak yang saya ketahui hanya jenis parung dan parang. Biasanya sebagai agem-an ibu-ibu pejabat yang digunakan sebagai jarik atau sewek, dan untuk bapaknya biasanya corak jlamprang atau parang yang di-agem sebagai busana atasan-nya.

Pengetahuan saya tentang batik di jawa timur mulai terbuka saat saya di media tv. Saat itu, saya ikut liputan tentang batik gedog di tuban dan dilanjut ke industri batik tulis rakyat di pamekasan madura. Khasanah pengetahuan saya tentang batik semakin luas, ketika saat itu saya diajak keliling oleh bu yoto (istri bupati bojonegoro sekarang) untuk memperkenalkan jenis dan ragam batik yang ternyata banyak dimiliki oleh bojonegoro. Seperti sekar jati, rancak thengul dan nama-nama lain yang waktu itu harus saya ketahui.

Dalam urusan batik, jawa timur ternyata banyak menyimpan potensi dan keragaman corak budayanya. Selain pamekasan madura dengan batik tulisnya, tuban dengan batik gedognya, bojonegoro dengan puluhan jenis motif batiknya, beberapa daerah di jawa timur juga memiliki budaya batik sendiri. Sebut saja kediri, selain tahu sebagai ikon kotanya, kediri juga mempunyai potensi yang tak kalah hebat dengan daerah lainya. Batik dengan corak garuda muka misalnya. Begitu juga tulung agung dengan ceprik gringsing.

Ikon ayam petarung yang terkenal, sawunggaling, juga dikenal sebagai nama corak khas batik asli surabaya. Di kota yang paling ujung di propinsi kita, banyuwangi, mempunya corak batik gajah oling. Ponorogo karena reognya sudah mendunia, mereka juga menawarkan corak reog sebagai ikon batiknya. Dan mungkin masih banyak daerah-daerah lain di jatim  yang sebenarnya punya beragam corak batik yang sama-sama hebat namun belum kita ketahui.

Dulu saya masih ingat, bahwa industri batik nasional masih dikuasai oleh 2 nama terkenal, yaitu danarhadi dan batik keris. Tapi sekarang, industri batik rakyat mulai diminati oleh semua kalangan. Selain harganya relatif terjangkau, kualitas batik industri rumahan juga tidak memalukan. Hal ini saya buktikan dengan batik yang saya miliki. Saya pernah beli batik cap pasar krempyeng di sebuah pameran. Dengan 80 ribu saja hingga kini hampir lebih dari setahun masih tampak bagus dan gak isin-isini jika  buat tampil ke kondangan.

Buat saya, batik selain sebagai ikon pakaian bangsa (yang sudah diakui Unesco), batik bisa menampilkan ciri khas dan budaya daerah masing-masing. Jawa Timur punya banyak pilihan ragam dan corak batik. Hal ini tentu menjadi sebuah nilai tambah. Makanya tidak heran, jika pemerintah kabupaten dan kota, dituntut untuk memberikan ruang yang luas bagi industri batik rakyatnya untuk menciptakan karya dan kreasi bagi industri batik. Khususnya industri batik rakyat dan rumahan.

Sejalan dengan program pemerintah tentang pemberdayaan ekonomi kerakyatan, industri batik rakyat dan rumahan seharusnya menjadi inspirasi bagi siapa saja untuk terus menciptakan sebuah kreasi. Industri kerakyatan seperti batik, paling tidak bisa memberikan gambaran, bahwa rakyat telah dan sudah mengerjakan sesuatu untuk sebuah karya nyata.

Sekarang, tinggal kita untuk menumbuh kembangkan hasil karya mereka. Jangan pernah malu untuk memakai batik murahan. Jangan pernah sungkan untuk tampil dengan batik karya rumahan. Buat saya, batik adalah sebuah karya yang patut diapresiasi dan ditampilkan.

Semangat terus untuk orang-orang hebat yang tekun membatik. Semoga BATIK, Barokahe ra Sitik.

Salam Kaji Taufan

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim