Awalnya Biasa-Biasa Saja

Awalnya Biasa-Biasa Saja

TerasJatim.com – Setiap kali saya selesai menulis opini di TerasJatim,  saya selalu shared ke semua teman dan networking saya di BBM, facebook dan media sosial lainnya. Tujuan dan maksud saya sangat sederhana, (selain branding dan mameri) saya hanya ingin tahu reaksi mereka.

Awalnya, reaksi mereka biasa-biasa saja. Kemarin saat terakhir saya menulis “BUKAN SEKEDAR KLENIK”, juga masih biasa-biasa saja.

Maksud dari kalimat “BIASA-BIASA SAJA” di sini, menurut saya baik dan logis. Sebab yang saya tulis juga biasa-biasa saja, tidak ada yang heboh-heboh amat. Jadi kalau reaksinya biasa-biasa saja ya memang biasa-biasa saja.

Saya memahami bahwa dunia media merupakan sarapan sehari-hari kita. Banyak pilihan menu dan mana yang menjadi selera kita. Kini, dunia media sudah memasuki era lomba lari sprint 100 meter, saling cepet-cepetan dan kalau bisa menyalip. Tapi ada juga yang menunggu di tikungan untuk mendahuluinya. Buat mereka siapa yang cepat dialah pemenangnya.

Nah, menyadari hal itu kami di TerasJatim.com, tidak serta merta ikut-ikutan dan katut grubyuk mengikutinya. Untuk sementara, kami mengikuti jalan sehat tingkat RT dulu, dan tidak mengharapkan jadi pemenang lomba. Cukup jadi partisipan yang nothing to lose dan kalau sampai mendapat door prize kipas angin atau dispenser, itu bonus yang tak terkira..

Cara sederhana ini dari dulu saya ugemi. Prinsip saya, lebih baik sederhana dari pada kaya tapi “MEKSO“. Lebih baik menaiki gundukan yang kecil-kecil, endek-endekan tapi sampai. Selanjutnya tinggal bagaimana self development kita, nasib dan kuasa Tuhan. Saya memang menghindari hal yang berkonotasi di luar dari kebiasaan.

Mbak Reny (biro Malang) dan Mbak Any Hidayati wartawan senior yang sekarang saya ajak bantu-bantu di TerasJatim.com dari Ponorogo, sering nge-Ping saya, mengingatkan saya, jika saya telat menulis. Mungkin mereka kangen dengan tulisan saya, atau sengaja mau menge-test saya. Reaksi sayapun juga biasa-biasa saja.

Mas AH, seorang sutradara dan producer top di stasiun TV lokal surabaya juga demikian. Setiap kali saya shared ke BBM dia, pasti saya dikirimi simbol emotion orang “MELET” dan selalu ditambahi kalimat “LANJUTKAN KUMATMU JI“. Dianggap saya kumat-pun, reaksi saya juga biasa-biasa saja.

Buat saya, reaksi yang biasa-biasa saja itulah, yang membuat saya semakin bergairah. Andai saja rem di jari saya tidak pakem, mungkin sehari saya bisa menulis berkali-kali sampai tuts gadget saya ambrol. Untungnya banyak yang mengingatkan saya, agar saya berlaku irit dan tidak boros di kondisi perekonomian yang sulit ini. Hehehe

Menulis buat saya sama dengan berbicara. Bicara  tidak harus selalu yang penting-penting. Bicara basa-basi kadang buat saya perlu, asal jangan membicarakan sesuatu yang memang sudah basi. Selain un-productive, buang-buang energi juga bisa bikin pusing kepala barbie. Hehehe

Banyak yang bilang silent is gold, tapi itu buat saya bohong. Esensi diam buat jurnalis, wartawan, broadcaster adalah menyuarakan yang “PATUT” disuarakan, bukan mendiamkan yang “PATUT” disuarakan.

Menulis tidak harus dengan bahasa marah, apalagi mengancam. Menyampaikan suara tidak harus teriak dan memaki. Saya selalu menghindari tulisan yang men-jewer dan mencubit. Buat saya tulisan yang men-jawil saja sudah cukup. Jawilan, buat saya adalah isyarat untuk sebentar menoleh guna mendapatkan atensi.

Saya banyak belajar dari tulisan para senior. Saya juga sering membaca tulisan teman-teman media lainnya. Buat saya mereka semua menyuarakan kebaikan dan mengajarkan kita hal-hal baru dari sisi dan perspektif yang lain.

Saya selama ini juga tidak pernah berminat untuk mengomentarinya apalagi sampai nyinyir. Saya selalu mengapresiasi setiap apa yang mereka tulis. Hasil karya mereka yang di published di media-nya layak untuk direnungkan walaupun hanya untuk sejenak.

Saya memang berniat hanya akan menulis opini dan hal yang kecil-kecil saja, dan biarlah nanti para biro dan reporter yang dominan menulis laporan dari tetek-bengeknya peristiwa di Jawa Timur.

TerasJatim kita hadirkan sebagai pengisi celah kecil yang selama ini mungkin masih kosong dan tidak diminati. Biarlah kami tumbuh dan bermain-main di ruang yang kecil dan sempit dahulu, agar pada saatnya nanti jika kami keluar dari lubang tersebut, kami menyadari betapa luar biasanya dunia dan alam semesta ini.

Saya selalu mengajak kepada siapapun di TerasJatim.com untuk selalu menjadi diri sendiri. Mengukur dan mengidentifikasi diri sendiri itu lebih gampang, sederhana dan lebih punya makna. Menjadi manusia yang biasa-biasa saja itu lebih mulia, daripada yang luar biasa tapi tidak mencoba melakukan perubahan apa-apa.

Bangsa ini sudah dipenuhi oleh hal-hal yang luar biasa, diisi dan di pangku oleh orang-orang yang luar biasa pula. Bangsa ini juga dikelolah dengan metode dan cara-cara yang luar biasa. Dan hasilnya sungguh amat sangat “LUAR BIASA”.

Saya tidak tahu dimananya dan apanya yang luar biasa ? Mari kita cari tahu dengan cara yang biasa-biasa saja.

Salam Kaji Taufan.

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim