800 Lebih Desa di Jatim Alami Kekeringan

800 Lebih Desa di Jatim Alami Kekeringan
Ilustrasi

TerasJatim.com, Surabaya – BPBD Propinsi Jatim mencatat, hingga hari ini (Selasa, 31/10/2023), ada 27 kabupaten/kota di Jatim yang sudah mengalami kekeringan dan sudah mendapatkan dropping air.

Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Soebroto memaparkan, kekeringan mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

“Dan juga kita tahu beberapa waktu lalu ada kebakaran hutan dan lahan baik itu di Gunung Bromo, di Gunung Arjuno maupun Gunung Lawu. Alhamdulillah, semua kebakaran tersebut sudah tuntas dan sudah selesai ditangani,” jelasnya pada Program Kentongan Pro 1 RRI Surabaya, Selasa (31/10/2023).

Menurut Gatot, selain menangani kebakaran hutan dan lahan, BPBD juga ikut melakukan perbaikan pipa milik warga yang turut terbakar.

“Dan lagi, kita juga melakukan perbaikan dan pemasangan pipa-pipa dari masyarakat yang ikut terbakar. Dan Alhamdulillah, sekarang juga pipa-pipa tersebut sudah nyambung baik itu yang di Bromo maupun yang ada di Lawu,” lanjutnya.

Gatot menambahkan, untuk kekeringan selain dropping air bersih, pihaknya juga sudah memberikan bantuan berupa tandon sebanyak 350 unit serta jerigen 10.000 unit di kabupaten/kota yang membutuhkan barang-barang tersebut.

“Sebelumnya kami memprediksi ada 500 desa/kelurahan yang terdapat kekeringan, tetapi hingga hari ini sudah 800 lebih desa yang terdampak,” ungkapnya.

Dia melanjutkan, pihaknya juga mendata wilayah-wilayah mana yang masih perlu bantuan karena ada beberapa wilayah yang seharusnya bisa cukup satu grid pemberangkatan tangki tetapi ada juga wilayah yang kurang.

“Contohnya kayak di Pasuruan. kita kalau mengirim air di situ kalau satu unit kurang pastinya. Karena di Pasuruan itu selain dikonsumsi oleh manusia juga dibutuhkan oleh hewan karena mereka secara ekonomi hidupnya dari memerah sapi. Artinya, sapinya harus dicukupi airnya, selain manusianya,” sebutnya.

Di kesempatan yang sama, Kepala BMKG Juanda, Taufik Hermawan menambahkan, El Nino masih akan memberikan pengaruh moderatnya hingga Februari 2024 nanti.

“Ini sudah kami sampaikan dari awal dan seluruh stakeholder sudah mengantisipasi. Kemudian kita, masyarakat sudah tercerahkan dengan informasi awal dengan adanya El Nino baik secara nasional yang disampaikan oleh pimpinan kami maupun secara regional kami di Provinsi Jatim,” ujar Taufik.

Taufik mengatakan, sebagian besar wilayah di Jatim diprediksi memasuki awal musim penghujan pada November 2023. “Antisipasi pada rantingisasi, baliho dan pohon besar. Terus waspadai potensi bahayanya,” pungkasnya. (Ej/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim