13 Ribu Lebih Orang Pacitan ‘Nganggur’, Paling Banyak Laki-laki

13 Ribu Lebih Orang Pacitan ‘Nganggur’, Paling Banyak Laki-laki

TerasJatim.com, Pacitan – Hampir 14 ribu orang di Kabupaten Pacitan, Jatim, tercatat pengangguran. Angka tersebut, paling banyak didominasi oleh laki-laki.

Badan Pusat Statistik (BPS) Pacitan mencatat, angka pengangguran terbuka dalam 3 tahun terakhir mulai tahun 2020 hingga 2022, dan mengalami prosentase naik, turun, naik.

Pada tahun 2020, kondisi tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Pacitan sebanyak 2,28 persen atau 8,34 ribu orang dari 455,82 ribu jumlah penduduk usia kerja. Jumlah TPT tersebut menurun di tahun 2021, menjadi 2,04 persen atau 7,53 ribu orang dari 457,73 ribu jumlah penduduk usia kerja.

Kemudian pada 2022, TPT mengalami peningkatan prosentase yang nyaris separuh dari tahun sebelumnya. Dari 2,04 persen tahun 2021, menjadi 3,65 persen atau 13,92 ribu orang dari 459,43 ribu jumlah penduduk usia kerja.

“Data itu rilis hasil Sakernas (Survey Angkatan Kerja Nasional) Agustus 2022. Sedangkan untuk tahun 2023 ini, bulan depan Insya Allah datanya sudah keluar,” ujar Wisma Eka Nurcahyanti, Kepala BPS Pacitan, Jumat (06/10/2023) kemarin.

Jika dilihat menurut jenis kelamin, tren tingkat pengangguran terbuka dalam periode yang sama, juga mengalami prosentase naik, turun, naik. Laki-laki yang acap mendapat gelar tulang punggung keluarga itu, prosentasenya malah lebih tinggi dibanding perempuan.

Dalam data Sakernas terbaca, pada tahun 2020 TPT laki-laki sebanyak 2,55 persen, perempuan 1,95 persen. Kemudian di tahun 2021, prosentase TPT mengalami penurunan, laki-laki 2,19 persen, perempuan 1,86 persen. Sedangkan di tahun 2022 TPT kembali meninggi, laki-laki 4,78 persen, perempuan 2,39 persen.

“Dibandingkan Agustus 2021, TPT laki-laki naik sebesar 2,59 persen poin dan TPT perempuan naik sebesar 0,53 persen poin. Secara umum terlihat bahwa pola TPT perempuan lebih rendah dibandingkan TPT laki-laki,” jelas dia.

Wisma menyebut, banyak faktor yang mempengaruhi naiknya tingkat pengangguran terbuka di Pacitan. Mulai minimnya gaji, lapangan pekerjaan, hingga pekerjaan yang ada sengaja tidak diambil karena upah kecil.

“TPT naik itu memang banyak faktor. Bukan hanya karena tidak tersedia lapangan kerja ya, bisa juga orang itu memilih untuk tidak bekerja, mungkin karena gajinya kecil sehingga tidak mengambil pekerjaan di sini,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Wisma, faktor lain yang dimungkinkan jadi penyebab TPT naik yakni, karena tidak sedikit orang di Pacitan yang berpendidikan rendah, dan bekerja sebagai buruh tani atau pekerja musiman.

“Kalau tidak salah ingat, ini banyak lahan sawah yang tidak digarap. Otomatis kalau tidak digarap, pemiliknya tidak mempekerjakan orang, sehingga mereka jadi penganggur,” kata Wisma.

“Kalau yang pendidikannya tinggi, mungkin ia sengaja tidak mengambil pekerjaan di sini, karena dianggap kurang sesuai dengan skill maupun gaji yang diinginkan,” lanjutnya.

Sementara, jumlah penduduk bekerja di Kabupaten Pacitan dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dalam 3 tahun terakhir paling banyak lulusan sekolah dasar ke bawah. “Penduduk usia kerja itu kan semua orang yang berusia 15 tahun ke atas. Paling banyak lulusan SD ke bawah,” kata dia.

Wisma memaparkan, pada Agustus 2022, penduduk bekerja di Pacitan masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan SD ke bawah, yaitu sebanyak 47,23 persen. Sedangkan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi yaitu Diploma dan Universitas sebesar 30,13 ribu jiwa atau 8,20 persen.

Distribusi penduduk bekerja menurut pendidikan, sambung dia, masih menunjukkan pola yang sama, baik pada Agustus 2020 maupun Agustus 2021, penduduk yang bekerja masih didominasi mereka yang berpendidikan SD ke bawah.

“Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tenaga kerja berpendidikan SMP ke bawah menunjukkan tren menurun, sedangkan tenaga kerja dengan ijazah di atas SMA sederajat menunjukkan tren meningkat,” paparnya.

Sedangkan menurut lapangan pekerjaan, yang berkonstribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Pacitan yakni sektor pertanian, yang mencapai 58,82 persen. “Sektor pertanian paling mendominasi, kemudian jasa dan manufaktur,” imbuhnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim