Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia, Pacitan Peringkat 11 se-Jatim

Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia, Pacitan Peringkat 11 se-Jatim
Meliawati, siswi Kelas XI SMKN 3 Pacitan saat diwawancarai TerasJatim.com usai mengikuti tes

TerasJatim.com, Pacitan – Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) dari Balai Bahasa Provinsi Jatim, yang diikuti pelajar di Kabupaten Pacitan, sepertinya menarik untuk dikulik. Sebelum naik posisi, kabupaten ini sempat mencicip dasar peringkat uji kemahiran.

Berdasar peta kemahiran, kabupaten dengan julukan kota 1001 gua ini sebelumnya duduk di peringkat paling bontot atau terakhir, dari 38 kabupaten/kota yang ada di Jatim. Menariknya, Pacitan tak hanya naik dua, tiga anak tangga, tapi puluhan dan nyaris masuk 10 besar.

“Pacitan, ini menarik. Sebelum 2023 saya lihat di peta kemahiran, Pacitan berada di urutan terakhir (se-Jatim),” ujar Wenny Rusbiyantoro, tim uji dari Balai Bahasa Provinsi Jatim, di sela-sela uji puluhan siswa SMKN 3 Pacitan, Rabu (07/08/2024) kemarin.

Kabar peringkat bawah tersebut ternyata memantik simpati sejumlah pihak untuk berikhtiar dan mendorong Pacitan agar bisa memperbaiki posisi. Dengan segenggam upaya pun proses yang mengiringi, alhasil ‘bak semudah membalikan telapak tangan’. Hasil itu dapat diketahui pada peta kemahiran UKBI 2023 lalu, untuk Pacitan tak lagi ada di urutan terakhir.

“Waktu itu belum sempat sosialisasi UKBI ke Pacitan, tapi sudah banyak yang menghubungi kami dan minta uji (UKBI) semua. Kemudian kami fasilitasi, mulai pendaftaran kolektif dan sebagainya,” katanya.

“Akhirnya data 2023 kemarin, (Pacitan) peringkatnya melejit hampir 10 besar. Di urutan 11. Sekarang yang urutan paling bawah kabupaten lain,” sambung Wenny, tanpa menyebut nama kabupaten yang dia maksud.

Meski kini sudah naik posisi, lanjut Wenny, pada 2024 ini Balai Bahasa Provinsi Jatim menitik perhatian kepada Kabupaten Pacitan untuk dapat sentuhan progam sosialisasi tentang UKBI. Alasan sederhana yang membuat kabupaten ini dapat sasaran progam tersebut, yakni sempat duduk di peringkat paling bawah.

“Sebelum 2023, kami lihat Pacitan itu di urutan bawah. Untuk tahun 2024 ini kami progamkan untuk sosialisasi UKBI. Progam kantor (terbatas). Saya prediksi, akhir tahun nanti penyusunan peta kemahiran, kemungkinan Pacitan bisa naik ke-10 besar,” ungkapnya.

UKBI Bukan Tes Ilmu Bahasa, berikut penjelasan dan manfaatnya:

Dikutip TerasJatim.com dari laman resmi UKBI Kemdikbud, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia adalah sarana uji untuk mengukur tingkat kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. UKBI terdiri atas lima seksi, yaitu mendengarkan, merespons kaidah, membaca, menulis, dan berbicara.

Uji tersebut dapat diikuti berbagai profesi, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga tenaga profesional, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing.

Sedangkan hasil uji, ditentukan melalui pemeringkatan atau skor yang dibagi menjadi tujuh peringkat, di antaranya; istimewa (750-900), sangat unggul (675-749), unggul (525-674), madya (375-524), semenjana (225-374), marginal (150-224) dan terbatas (0-149).

“Sebenarnya bukan untuk SMK saja. Manfaatnya memang belum mutlak. Intinya bisa tahu kemahiran berbahasa seseorang, karena ini (UKBI) bukan tes ilmu bahasa. Bukan. Jadi ini kemahiran,” jelas dia.

Ia memaparkan, untuk melihat kemahiran seseorang dapat diketahui dari 4 ranah komunikasi, mulai ranah kesintasan, sosial, vokasional dan akademik. “Jadi, alatnya ini digunakan untuk semua jenjang, SD, SMP, SMK sederajat, sampai guru, dosen, umum, penutur asing, semua sama soalnya,” paparnya.

Usai mengikuti tes, para peserta biasanya akan dapat sertifikat UKBI. Ada pun manfaat dari sertifikat tersebut, selain untuk mengetahui kemahiran seseorang, juga menjadi syarat pendamping kelulusan, hingga sebagai syarat kelulusan dalam ujian seleksi CPNS maupun PPPK.

“Manfaatnya, untuk mengetahui kemahiran kita, untuk pendamping kelulusan. Kemudian untuk beasiswa unggulan, yang syaratnya selain TOEFL (Test Of English as a Foreign Language), harus sertifikat UKBI. Kalau yang S1 peringkatnya harus madya, sedangkan S2 skornya harus unggul,” terang Wenny.

“Manfaatnya lagi, sekarang di beberapa kampus di Surabaya itu, ada semacam syarat untuk mendaftar yang melampirkan sertifikat UKBI, karena kampus tersebut rutin melakukan UKBI. Jadi (sertifikat), sebagai ijazah pendamping,” imbuhnya.

UKBI Jadi Bekal Masuk Dunia Kerja

UKBI yang diadakan oleh Balai Bahasa tersebut acap digelar saban tahun. Setiap pelajar, mendapat kesempatan satu kali di tiap tahunnya untuk mengikuti tes itu secara cuma-cuma atau gratis.

“Jika anak itu dapat sertifikat. Dia akan beruntung, karena ketika masuk dunia kerja, bisa dipakai untuk lampiran,” ujar Yeni Anjarwati, guru bahasa Indonesia di SMKN 3 Pacitan.

Menurut dia, uji kemahiran itu sebenarnya bagian dari literasi, dengan tujuan utama yakni untuk menguji kemahiran berbahasa. “Selain itu pembentukan karakter, agar mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Intinya itu,” terangya.

Tes tersebut, sambung Yeni, selain untuk menguji keterampilan berbahasa mulai dari menyimak/mendengar, membaca dan berbicara, juga sebagai bekal bagi para siswa ketika kelak sudah masuk di dunia kerja.

“Harapan kami, anak itu punya ketrampilan berbahasa yang bagus, yang baik dan benar, karena itu nanti akan menyinergikan mereka pada saat bekerja. Untuk mendampingi skill dia. Bekal dia,” katanya.

Bagi siswa, bisa menjadi bagian pada uji kemahiran tersebut cukup menjadi tantangan dan tolok ukur bagi diri sendiri, guna mengembangkan kemampuan dalam berbahasa Indonesia.

Meliawati misalnya, pada tes tersebut siswi Kelas XI SMKN 3 Pacitan ini sandang peringkat madya, dengan angka yang terpampang 501. Namun demikian, ia mengakui masih ada beberapa soal uji yang cukup membuat dia harus berpikir keras.

“Menurut saya yang paling sulit itu (soal) membaca, karena soal dan bacaanya banyak, terus saya juga kurang suka membaca,” ungkap Meli tersenyum, usai mengikuti tes yang dilaksanakan di salah satu ruang pertemuan di SMKN setempat.

“Terus (soal) yang mendengar, ada mungkin sekitar 3 soal yang saya kurang paham. Kemudian yang sesi terakhir, itu juga sulit. Soalnya ada 40,” lanjutnya.

Sembari menunjukan hasil tes di gawainya, Meli menilai uji tersebut cukup positif untuk mengukur diri sendiri. Terlebih hasil nilainya langsung dapat diketahui. “UKBI ini sangat bagus, karena bisa menguji seberapa kita mahir berbahasa Indonesia,” tukasnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim