Tugu Hampir 6 Abad Ada di Pacitan, Lokasinya Kaya Oksigen

Tugu Hampir 6 Abad Ada di Pacitan, Lokasinya Kaya Oksigen

TerasJatim.com, Pacitan – Wilayah hutan di pesisir Selatan Kabupaten Pacitan Jatim, jika dapat sentuhan tangan, dipastikan bakal punya daya tarik tersendiri. Terlebih, memiliki bentang pantai dengan panjang 70 kilometer lebih dan berbatasan dengan Samudera Hindia.

Seperti halnya di kawasan hutan milik Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Ds, wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH), Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pacitan, kini disulap menjadi wana wisata yang diberi nama Mentari Hill.

Objek wisata itu terletak di Tamperan, Kelurahan Sidoharjo, Pacitan. Lokasinya pun mudah dijangkau, karena berada di pinggir jalan raya Pacitan-Solo, KM 06, dan hanya sekitar 5-6 kilometer dari jantung kota, ke arah Selatan.

Area wisata itu memiliki luas lahan 32 hektar, namun belum semua dibangun atau pembangunannya baru di lahan sekitar 2 hektar, tetapi sudah bisa dimonitor oleh wisatawan.

Pada area tersebut udaranya cukup sejuk, juga terdapat spot foto hingga pemandangan kapal-kapal nelayan yang mencari ikan di laut selatan. Bahkan, di kawasan itu terdapat bangunan kuno berupa sebuah Tugu, yang kabarnya sudah ada sejak tahun 1.444 M.

Dilansir dari berbagai sumber, pada sekitar tahun tersebut adalah masa-masa akhir Kerajaan Majapahit. Jika dihitung mundur dari tahun 2022 ini, Tugu tersebut sudah berusia 578 tahun atau hampir 6 abad.

Terlihat, tugu tersebut berbentuk segitiga sama sisi, dengan tinggi sekitar 4 orang dewasa. Pada badan tugu itu terdapat beberapa retakan-retakan yang menyerupai goresan membentuk sebuah gambar. Di bagian tengah badan Tugu juga terdapat lubang berbentuk kotak, yang dalamnya sekitar 5-10 centimeter.

“Tugu ini ditemukan sekitar tahun 1.444 masehi,” kata Dyah Mentari Putri, Direktur Utama PT Subur Raya Persada, usai soft opening wisata Mentari Hill, Minggu (11/12/2022) sore.

“Dari cerita yang saya terima, tugu ini merupakan batas daratan antara Pacitan dengan laut pantai Selatan, atau batas antara Kerajaan Mataram dan Majapahit. Jadi, itu situs yang mesti kita jaga,” sambungnya.

Informasi yang dihimpun TerasJatim.com, tugu berbentuk segitiga tersebut sebenarnya ada 3 di Pacitan, yang letaknya lokasi berbeda, yakni di Tamperan, di tengah kota Pacitan dan di Kebonagung. Jika dibuat garis lurus yang dihubungkan masing-masing lokasi, maka juga akan berbentuk segitiga.

Meski Punya Ocean View dan Kaya CO2, Cantik Tanpa Hidup Tidak Akan Cukup

Objek wisata ini tengah bersolek. Bisa diibaratkan teras di sisi Selatan Pacitan, yang menghadap laut. Di Mentari Hill ini kaya akan oksigen atau O2, karena terdapat pohon-pohon besar yang rindang, seperti terbesi, mahoni, jati, pohon akar gantung dan beberapa jenis pohon lainya.

“Sekadar informasi, Mentari Hill ini akan jadi one stop destination (tujuan satu atap) of tourism. Selain spot-spot foto, nantinya akan ada camping area, resort, kafe, tempat kegiatan seperti wedding dan lainnya. Mudah-mudahan jadi kebanggaan masyarakat Pacitan,” katanya.

Secara bertahap, lanjut Dyah, di luas lahan yang masih sekitar 30 hektar yang belum disentuh itu, ke depan dalam pembangunannya akan menyusuri pinggir tebing, karena berada persis di atas tebing dan bukan pantai. “Bertahap. Mudah-mudahan bisa seperti Uluwatu di Bali, karena di sini kita dapat udara sejuk dan ocean view (pemandangan laut),” beber Dyah, menambahkan.

Terpisah, Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji, berterima kasih kepada Perhutani karena sudah mengizinkan lahannya yang ada di Tamperan ini sebagai penunjang pariwisata di kota 1001 gua. “Harapannya, kalau pariwisatanya maju maka masyarakatnya lebih sejahtera,” harap Aji.

Menurut bupati, pemandangan di Mentari Hill tersebut merupakan salah satu karunia Tuhan yang luar biasa, selain Klayar, Gua Gong, Srau, Sentono Gentong dan sejumlah destinasi wisata lainnya, yang semuanya patut untuk disyukuri.

Di samping itu, kata dia, objek wisata tersebut sudah ditunjang dengan sejumlah sarana prasarana yang memadai, dan yang paling penting tidak bertentangan dengan kelestarian lingkungan yang ada. “Jadi, semua harus ramah dengan lingkungan, baik dari pemerintah sendiri maupun swasta. Kalau sudah itu, PR-nya bagaimana kecantikan ini bisa hidup. Ini PR kita bersama,” ungkap bupati.

Namun demikian, bupati berharap ke depan akan lebih banyak event lagi, sehingga wisatawan akan lebih betah berlama-lama di Pacitan. Sebab, Menurut Aji, secara nasional wisata tradisi atau budaya juga luar biasa, jika dibandingkan dengan wisata yang hanya menikmati pemandangan alam.

“Ini yang harus kita bareng-bareng semangatnya, untuk bagaimana menghidupkan yang sudah cantik, karena kalau cantik saja tanpa hidup, itu tetap kurang menarik,” katanya.

Mentari Hill yang Ke-276 di Jatim, Pacitan Hidden Paradise

Kepala Departemen Produksi dan Ekowisata Divisi Regional Jatim, Suratno mengatakan, Perhutani Jatim sebelum mengelola Mentari Hill, jumlah wana wisata ada 275 titik, mulai dari Ngawi hingga Banyuwangi, sedangkan Mentari Hill ini adalah urutan yang selanjutnya atau ke 276.

Dari jumlah itu, lanjut dia, pendapatan yang diperoleh dari wisata tersebut cukup bervariasi, mulai jutaan hingga miliaran, bahkan pihaknya menyebut di Jatim ada 2 wana wisata yang pendapatannya menggiurkan.

“Sebagai inspirasi saja, dua wana wisata di Jatim yang tertinggi di Mojosemi, Magetan dan kedua Dendy Sky View di Tulungagung. Pendapatannya sampai hari kemarin masing-masing di atas Rp7 miliar, untuk satu lokasi,” katanya.

Menurut dia, wisata itu sangat tidak terbatas. Pihaknya membandingkan, sedari awal Perhutani hanya mengelola dari tebangan kayu dan hasil hutan non kayu berupa getah pinus, namun hal itu terbatas, baik potensi maupun luas hutan yang terbatas.

Istilahnya, sambung Suratno, ada takaran yang tidak bisa dipaksakan untuk dimaksimalkan, atau bagaimana untuk bisa lestari maka ada batas yang tidak boleh dilalui, semisal tebangan kayu ada batas maksimum, termasuk pada produksi getah.

“Wisata tidak ada batasnya. Di Pacitan ini hidden paradise (surga tersembunyi). Saya pikir ke depan menjadi sesuatu yang luar biasa. Apalagi pemerintah nasional sudah mencanangkan JLS (Jalur Lintas Selatan), mungkin tahun depan sudah tembus ke Banyuwangi,” ungkapnya.

Kata dia, pemilihan lokasi wisata di Pacitan ini sangat tepat. Selain keberadaannya dilalui JLS, view yang ditawarkan cukup memesona, sehingga ke depan akan menjadi salah satu destinasi wisata yang akan dibanggakan warga Jatim.

“Karena dengan wisata tidak akan merubah kelestarian, justru mempertahankan kelestarian hutan itu hutan sendiri, dan produktifitasnya jauh di atas produktifitas kayu atau lainnya,” jelasnya.

Meski demikian, pihaknya berpesan, jika salah satu kekuatan pada sektor wisata adalah melalui media sosial, baik melalui Instagram, facebok, twitter, tiktok, maupun lainnya. “Saya pikir, setelah ini Mentari Hill punya tim yang kuat, dengan medsos, dengan satu jari, semua orang bisa kenal dan berbondong-bondong ke Pacitan,” imbuhnya.

Sebagai tambahan informasi, harga tiket masuk ke objek wisata Mentari Hill hanya Rp15 ribu dengan free air mineral. Sedangkan untuk masuk ke Tugu, ada beberapa nominal yang mesti dibayar yang nilainya untuk saat ini belum diputuskan, karena masih taraf penataan. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim