Para Kades di Modo Lamongan Curhat ke Kabiro TerasJatim, Ada Apa?
TerasJatim.com, Malang – Para Kepala Desa beserta Perangkat Desa (Perades) se-Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, Jatim, mengikuti kegiatan Diklat dalam rangka Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di lokasi Waduk Selorejo, Ngantang, Malang, selama 3 hari, mulai 24 hingga 26 Februari 2023.
Peningkatan kapasitas ini diisi dengan beberapa kajian dan diskusi tentang pemerintahan, hukum, serta kajian materi jurnalistik.
Camat Modo, Ahmad Kurniawan menyatakan, peserta kegiatan ini adalah semua Kades se-kecamatan yang berjumlah 17 desa, berikut 4 orang Perangkat Desa. Mereka diharapkan bisa sinergi dalam mengelola pemerintahan dan pelayanan masyarakatnyya
“Pesertanya seluruh Kades se-Kecamatan Modo beserta 4 perangkat desa masing-masing mengikuti kegiatan ini. Goalnya agar semua tambah wawasan dan memahami Tupoksinya,” jelas Ahmad.
Sejumlah nara sumber dihadirkan. Mulai dari Inspektorat hingga Instansi terkait lainnya. Sedangkan sesi materi Jurnalistik, pihak panita mendapuk wartawan TerasJatim com, Moch N Saiq, sebagai narasumber untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidang pers
Tak ayal lagi, sharing materi bertajuk ‘Sisik Melik Jurnalistik’ yang disampaikan lelaki yang menjabat sebagai Kepala Biro TerasJatim.com dan juga Kabid Litbang SMSI Bojonegoro itupun disambut antusiasme para peserta.
Terbukti, pada sesi tanya jawab usai pemaparan sisik melik jurnalistik, sejumlah peserta langsung melontarkan berbagai pertanyaan kepada wartawan yang akrab disapa Mas Saiq, tersebut Bahkan, tak sedikit Kades yang curhat lantaran merasa diintimidasi ‘oknum’ yang mengaku dari media
“Loh, ternyata profesi wartawan itu ada Kode Etik-nya ketat ya Pak? Aturannya juga banyak ternyata. Terus yang biasa mendatangi kami itu kategori wartawan atau bukan ya?,” celetuk salah satu Kades yang disambut gelak tawa peserta lainnya.
Tak hanya itu, peserta lainnya mengaku pernah menjadi bulan-bulanan pemberitaan ‘negatif’ atas perbuatan yang sama sekali tidak pernah ia perbuat. Ia pun mengaku kerap dihubungi orang yang tak dikenal melalui selular untuk menutup berita dengan sejumlah uang bernilai fantastis
“Ya, pokoknya entah informasi dari siapa, tiba-tiba saya diberitakan tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Modelnya, ditulis dari sumber yang tidak mau disebut namanya gitu, padahal itu bermuatan fitnah,” tukas Kades yang diwakili perangkatnya.
Menanggapi berbagai pertanyaan dan curhatan pemangku desa tersebut, Mas Saiq tampak senyum-senyum dan memberikan kiat menerima kehadiran tamu yang mengaku berprofesi wartawan.
“Yang pasti, siapapun yang bertamu harus dihargai selayaknya tamu termasuk yang mengaku wartawan. Tetapi kalau sudah ngancam atau bahkan mengadili, itu patut diberi pelajaran. Monggo materi sisik melik jurnalistik itu dicopy, silahkan,” pungkas dia
Seperti diketahui, era digital belakangan ini perkembangan media memang bagaikan jamur di musim penghujan.
Namun sayangnya, menyandang profesi wartawan pun bagaikan sulap dan simsalabim. Dengan cetak kartu pers seharga Rp20 ribu, siapapun termasuk tuna aksara sekalipun bisa ‘mengaku’ jurnalis, meski tanpa didasari keilmuan tentang jurnalistik. (Rhd/Gie/Red/TJ)