Nyaris Jadi Korban Pemerkosaan, Guru di Bojonegoro Trauma Berat

Nyaris Jadi Korban Pemerkosaan, Guru di Bojonegoro Trauma Berat
ilustrasi

TerasJatim.com, Bojonegoro – Kabar tentang nasib menyedihkan seorang guru PNS perempuan yang nyaris menjadi korban pemerkosaan saat pulang mengajar di desa/kecamatan terpencil wilayah  Kabupaten Bojonegoro, Jatim, tak urung mendapat perhatian dari kalangan DPRD setempat.

Dikabarkan, peristiwa miris itu terjadi setidaknya satu bulan lalu, saat guru perempuan yang mengajar di salah satu SD di desa yang ada di Kacamatan Sekar itu pulang melintasi hutan dengan berjalan kaki.

Tak disangka, di tengah hutan itu ia dihadang seorang lelaki yang tak dikenal dan hendak memperkosanya.

Walaupun berhasil menyelamatkan diri, sang guru itupun mengalami trauma berat dan tak berani lagi melakukan aktifitas mengajarnya selama sebulan belakangan ini.

“Beliau trauma berat sampai-sampai tak berani masuk hampir sebulan karena masih dihantui peristiwa itu,” ujar salah satu rekan guru perempuan berusia 32 tahun itu saat dikonfirmasi melalui selularnya, Rabu (05/05).

Menurut rekan gurunya itu, medan yang sulit dan tak bisa dilalui kendaraan bermotor di daerah Sekar memang berpotensi terjadinya tindak kejahatan, apalagi sepinya jalan di tengah hutan membuat sulit untuk menyelamatkan diri.

“Masih sangat beruntung beliau bisa lolos dari peristiwa yang menakutkan tersebut,” lanjutnya sembari mewanti-wanti agar namanya tidak disebutkan.

Sementara itu, atas kejadian tersebut Komisi A DPRD Bojonegoro yang membidangi kepegawaian, mendatangi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan Kecamatan Sekar guna menanyakan soal itu pada Rabu, (04/05).

“Guru perempuan tersebut dilaporkan tidak mengajar selama 1 bulan karena mengalami trauma akibat hendak diperkosa di tengah hutan saat pulang mengajar,” kata wakil ketua Komisi A DPRD, Anam Warsito.

Lebih jauh, Komisi A DPRD mengaku bahwa maksud kedatangan pihaknya tersebut tak lain adalah untuk memastikan agar pengajar teutama yang wanita nantinya mendapatkan perhatian khusus akan keselamatan mereka.

“Sebab kondisi jalan yang sepi dan medan sulit di tengah hutan dengan berjalan kaki bisa memicu kerawanan dan tindak kejahatan, terutama bagi para guru perempuan. Jadi harus ada prioritas keamanan untuk mereka,” tandasnya. (Saiq/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim