Mengenal Fenomena Bediding di Musim Kemarau
TerasJatim.com, Surabaya – Di tengah musim kemarau yang biasanya identik dengan cuaca panas terik, beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Jatim, tengah mengalami fenomena bediding.
Bediding dalam bahasa Jawa bedhidhing, adalah istilah untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok, khususnya di awal musim kemarau. Suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi hari. Sementara di siang hari suhu melonjak panas hingga menyengat.
Dikutip KBRN dari bmkg.go.id, fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (yakni, Juli – September).
Fenomena ini menghadirkan suhu dingin yang tidak biasa, bahkan terasa lebih dingin dibandingkan saat musim hujan. Fenomena ini biasanya dipicu oleh beberapa faktor, seperti:
1. Posisi Matahari
Pada periode tersebut, posisi matahari berada di titik terjauh di sebelah Utara garis Khatulistiwa. Hal ini menyebabkan belahan bumi Selatan, termasuk Indonesia, menerima paparan sinar matahari yang lebih sedikit, sehingga suhu menjadi lebih dingin.
2. Angin Muson Australia
Angin muson Australia yang kering dan dingin bertiup ke wilayah Indonesia, dan membawa massa udara dingin yang menurunkan suhu.
3. Perubahan Tekanan Udara
Perbedaan tekanan udara antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik menyebabkan pergerakan massa udara dingin ke daratan, sehingga suhu di daratan menjadi lebih rendah.
Untuk mengantisipasi dampak fenomena bediding, diimbau untuk:
1. Menjaga Kesehatan dengan cara mengonsumsi makanan bergizi, minum air putih yang cukup, dan istirahat yang cukup.
2· Memakai Pakaian Hangat, seperti jaket, syal, dan topi, untuk melindungi diri dari suhu dingin.
3. Meningkatkan Kewaspadaan terutama terhadap potensi kecelakaan lalu lintas akibat kabut yang sering terjadi di pagi hari.
Fenomena bediding merupakan fenomena alam yang wajar terjadi dan akan kembali normal seiring dengan pergerakan musim. (Ap/Kta/Red/TJ)