‘Gak Seru’, Debat Pamungkas Capres Dinilai Antiklimaks
TerasJatim.com – Debat calon presiden (Capres) kelima atau pamungkas, telah digelar pada Minggu (04/02/2024) malam.
Publik menilai, jika debat terakhir ini berjalan landai dan tanpa greget.
Pemerhati komunikasi Unibversitas Padjajaran, Dadang Rahmat Hidayat, menyoroti persoalan komunikasi pada debat ini.
Menurutnya, pada debat terakhir ini berjalan landai dan mengibaratkannya sebagai sebuah seminar.
“Walaupun kita tidak merendahkan, bahwa seminar itu penting. Tetapi kan judulnya debat, jadi tidak ada perdebatan yang sangat kentara,” kata Dadang, Minggu malam.
Padahal, sambung dia, sebuah debat itu menguatkan argumen yang disampaikan seseorang. Bahkan, kalau perlu melemahkan lawan debatnya dengan data dan argumen.
“Seharusnya begitu, ya. Karena masyarakat butuh perdebatan. dalam debat tersebut terjadi penajaman argumentasi antara calon satu dengan yang lain,” ucapnya.
Di sisi lain, Dadang menyoroti gaya ketiga capres ini dalam debat terakhir ini. Salah satunya dengan mimik muka ketiga capres.
“Pak Prabowo sedikit tegang di awal. Pak Anies dan Pak Ganjar gak santa. Tetapi Pak Prabowo belakangan jadi santai,” katanya.
Semua ini, lanjut dia, dikarenakan tidak ada suasana perdebatan dalam debat terakhir tersebut. Hal ini berbeda dalam debat-debat sebelumnya yang kerap saling serang satu dengan yang lain.
“Sehingga suasana kebatinan kesamaan. Kesamaan ini membuat relaksasi, dalam konteks komunikasi gaya komunikasinya terjadi relaksasi karena substansinya mencolok tidak berbeda,” ujarnya.
Dadang menyebut, sebagian masyarakat akan menilai debat terakhir ini sebagai antiklimaks dan tidak menarik. Hal ini tidak lepas dari aspek persepsi karena sebagian orang menganggap komunikasi menyerang dalam debat sesuatu yang tidak baik.
“Mungkin bagi sekelompok orang, wah ini bagus tidak menyerang. Tetapi, tidak semua masyarakat harus dipaksa satu persepsi,” tandas dia.
Diketahui, debat terakhir yang dilakukan pada Minggu (04/02/2024) malam, ketiga capres disuguhi tema tentang Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Kemudian, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi. (kta/Red/TJ/KBRN)
