Disebut Jadi Titik Megathrust, Pacitan Susun Rencana Kontijensi

Disebut Jadi Titik Megathrust, Pacitan Susun Rencana Kontijensi

TerasJatim.com, Pacitan – Sebagai upaya menindaklanjuti hasil rilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebut bahwa Kabupaten Pacitan berpotensi terjadi tsunami setinggi 28 meter, pemkab setempat menyusun rencana kontinjensi antisipasi bencana tersebut.

“Sementara ini mendesak, karena laporan BMKG membuat kita bisa ada di sini (Pacitan),” ujar Prima Bayu Sejati, Projek Koordinator Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), di sela-sela menyusun rencana kontijensi bersama Dinsos, BPBD, Kominfo, di Dinsos Pacitan, Selasa (15/03/2022) kemarin.

Sebelumnya, kata Prima, BMKG menyampaikan laporannya yang kemudian ditindaklanjuti dengan memberikan surat resmi kepada Kementerian Sosial RI, yang selanjutnya dilaporkan kepada klaster pengungsian dan perlindungan nasional. “Jadi, kita di dalam klaster tersebut berpartisipasi dan mendampingi Pacitan untuk mengembangkan,” katanya.

Menurutnya, pendampingan yang dilakukannya tersebut mencakup semua hal, mulai dari sistem peringatan dini, berbagai macam SOP, evakuasi, penanganan hingga perlindungan kepada pengungsi dan sebagainya.

“Harapannya bisa menjadi aplikatif yang sederhana yang bisa digunakan tanpa harus menjadi dokumen mati, tetapi menjadi dokumen hidup yang dapat dimutakhirkan mengikuti perkembangan situasi ancaman yang ada dan berkala diupgrade,” terangnya.

Berdasar peta bahaya yang dikeluarkan BMKG, potensi terjadinya gempa bumi dan tsunami setinggi 28 meter di Pacitan tersebut, ada 7 kecamatan dan 47 desa yang terdampak potensi tersebut. “Pusat kota paling rawan. Itulah yang menjadi dasar teman-teman menyusun ini, untuk bisa mengembangkan kontijensi. Kalau prosesnya sekitar 3-4 bulan ke depan,” urainya.

Dia menambahkan, selain Kabupaten Pacitan yang berpotensi terjadi gempa dan tsunami, kata Prima, di sepanjang pesisir Selatan juga turut terdampak akan potensi bencana tersebut. “Berdasar rilis BMKG sepanjang pesisir Selatan Jawa. Saya berfokus di Pacitan ini karena titiknya megathrust itu ada di Pacitan. Di Pacitan juga masih banyak keterbatasan dan tantangan terkait proses penyusunan ini, sehingga kami membantu,” imbuhnya.

Sebagai tambahan informasi, dilansir dari Instagram @daryonobmkg, Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono pernah menulis artikel opini di Kompas dengan judul ‘Gempa Jawa Timur, Alarm Untuk Kita’.

Pada artikel yang tayang pada April tahun lalu itu, pihaknya menyebutkan bahwa ancaman sumber gempa di Selatan Pulau Jawa yang didengungkan para ahli adalah nyata dan tidak boleh diabaikan.

Daryono menjelaskan, secara tektonik di wilayah Selatan Jawa terdapat beberapa sumber gempa, diantaranya, seperti sumber gempa di luar zona subduksi, kemudian di zona subduksi lempeng yang dapat memicu gempa inter-plate, zona benioff yang dapat memicu gempa intra-slab dan sesar aktif di bawah laut yang dapat memicu gempa inter -plate.

Terkait beberapa sumber gempa tersebut, Daryono juga menyebut bahwa gempa kuat dan berpotensi tsunami bisa terjadi kapan saja tanpa dapat diprediksi. Pun para ahli sebelumnya sudah mengingatkan adanya potensi gempa dan tsunami di Selatan Jawa itu.

Katalog gempa BMKG mencatat sejak 1840 hingga 2009 di Selatan Jawa telah terjadi gempa besar dengan magnitudo 7,0 dan 8,0 sebanyak lebih dari 12 kali, sedangkan tsunami di selatan Jawa sudah terjadi delapan kali.

Daryono juga menyampaikan bahwa hasil kajian terkini menunjukkan bahwa di zona megathrust Selatan Jawa terdapat area slip deficit, yang mengindikasikan adanya bidang kontak antar lempeng yang terkunci. Di wilayah ini diduga sedang terjadi proses akumulasi medan tegangan yang suatu saat dapat terjadi gempa kuat. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim