Atasi Persoalan Sampah Plastik, Desa Wonosidi Pacitan Ubah Plastik Jadi BBM Setara Premium

Atasi Persoalan Sampah Plastik, Desa Wonosidi Pacitan Ubah Plastik Jadi BBM Setara Premium

TerasJatim.com, Pacitan – Sampah plastik memang menjadi persoalan tersendiri yang terjadi di sejumlah tempat di Indonesia, termasuk di Kabupaten Pacitan, Jatim. Namun, ketika sampah itu dikelola dengan kearifan lokal tentu akan memiliki nilai ekonomi.

Salah satu desa yang dapat menjadi contoh bagi desa-desa lainnya yakni Desa Wonosidi, Kecamatan Tulakan, dengan kelompok pengelola sampah yang diberi nama Manggala Wonosidi.

Sampah plastik yang menjadi permasalahan global itu, kini di desa tersebut telah mengolahnya menjadi bahan bakar minyak (BBM) yang setara solar, minyak tanah dan premium.

Pengolahannya terlihat sederhana, hanya dengan menggunakan mesin yang bernama destilator plastik lunak. Plastik yang diolah menjadi minyak itu sebelumnya diperoleh dari masyarakat setempat. Namun, sebelum plastik masuk ke dalam mesin, dipilah terlebih dahulu dan dibersihkan.

Menurut Yuli Triyatman, Ketua Umum Manggala Wonosidi, pengolahan sampah plastik hingga menjadi minyak tersebut butuh waktu sekitar 5 jam.

“10 kilogram plastik yang bagus, itu akan keluar yang setara solar 5,5 liter, untuk minyak tanah 1,5 liter dan setara premium sekitar 2 liter. Untuk premium setelah uji laboratorium di UNIBRA, kadar oktannya 88,” katanya, seusai peresmian Desa Wonosidi sebagai desa wisata edukasi ekonomi sirkular, di TPS 3R, Sekretariat Manggala Wonosidi, Kamis (04/03/21).

Pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular ini telah dimulai sejak 2019 lalu dan sudah sesuai niat, bagaimana agar sampah itu tidak ada, karena telah diolah. “Alhamdulillah, dengan berjalannya waktu masyarakat mendukung dan antusias. Terlebih dapat bantuan dari kedutaan Australia dan Pemkab, sehingga masyarakat semakin semangat,” imbuhnya.

Di tempat yang sama, Webri Veliana, Ketua Umum Greenwave NGO mengatakan, kegiatan yang tengah dilakukan itu tidak lain dalam mendukung progam Pemerintah Indonesia dalam our ocean conference untuk mengurangi sampah plastik 70% pada tahun 2025 dan juga rangkaian kegiatan pengolahan sampah berbasis ekonomi sirkular.

“Kegiatan itu merupakan bagian kecil dari seluruh pemangku kepentingan dalam berkolaborasi menjadikan Desa Wonosidi menjadi prototype implementasi oleh desa-desa lain di Indonesia. Saya berharap ini berkelanjutan. Ini justru permulaannya,” ucap Webri.

Dari green wave, lanjut Webri, didukung oleh Pemerintah Australia melalui Australia Global Alumni yang berkolaborasi dengan Manggala Wonosidi, pemkab dan desa setempat serta stakeholder lainnya untuk menciptakan prototype agar menjadi contoh oleh desa-desa lainnya.

“Kalau bisa, dari greenwave ini bisa disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing. Ketika semua desa di Indonesia bisa melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Desa Wonosidi, setidaknya dapat menjadi solusi terhadap pencemaran sampah global. Jadi, kita bisa menjadi solusi dari permasalahan global melalui kegiatan akar rumput di tingkat desa/kelurahan,” terangnya.

Pengelolaan sampah di Desa Wonosidi tersebut diketahui melibatkan beberapa pemangku kepentingan, baik dari dalam maupun luar negeri. Diantaranya Pemdes Wonosidi, Pemkab Pacitan, Kelompok Masyarakat penggiat lingkungan ‘Manggala Wonosidi’, masyarakat setempat secara umum, Australia Global Alumni, Griffith University, Women’s Alliance, Circular Economy Club Pacitan dan Greenwave NGO.

Atas apa yang dicetuskan di Desa Wonosidi itu, mendapat apresiasi dan dukungan dari Bupati Pacitan Indartato. “Saya sangat mengapresiasi, karena dengan kelincahan beliau berdua ini ternyata bisa mengedukasi kaitannya dengan pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular,” kata Indartato, usai meresmikan.

Pemerintah kabupaten, lanjut Indartato, akan mendukung sepenuhnya, agar kegiatan itu berjalan dan menjadi contoh bagi desa-desa lainnya. “Kegiatan ini tidak semudah yang kita bayangkan, perlu pengorbanan, pembelajaran, kerjasama dan sebagainnya,” ungkapnya.

“Harapan kita ini akan menjadi pilot project pemerintah, karena sampah adalah persoalan yang kita hadapi bersama, utamanya limbah plastik yang tidak bisa busuk sehingga perlu dikelola dengan baik,” sambungnya.

Disoal apakah pemkab akan memesan alat pengolahan sampah plastik atau hanya mendukung saja, pihaknya akan mengkaji terlebih dahulu. “Kita kaji dulu untuk berkembangnya ini. Setelah berkembang dengan baik, sudah barang tentu bersama-sama agar dapat dicontoh desa-desa yang lain,” tukasnya. (Git/Kta/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim