Asuransi Pertanian? Ini Ungkapan Gundah Petani Tepi Bengawan Solo

Asuransi Pertanian? Ini Ungkapan Gundah Petani Tepi Bengawan Solo

TerasJatim, Bojonegoro – Gundah, mungkin merupakan kata yang tepat mewakili perasaan sebagian besar masyarakat sepanjang pinggiran sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, menyusul mandeknya perekonomian yang bertumpu pada hasil pertanian.

Penuturan warga, kegagalan panen dan kegagalan menanam padi di lahan persawahan yang diakibatkan luapan banjir Bengawan Solo saat ini terbilang lebih parah dibanding waktu banjir besar tahun 2008 silam.

“Banjir saat ini memang tidak seberapa besar, tapi sungguh menghancurkan roda perekonomian petani,” ujar Sahlan (52), warga tepian Bengawan Solo mengawali perbincangan di warung kopi perbatasan Baureno-Kanor, Minggu (29/01).

Tak berlebihan memang apa yang menyebabkan kegundahan hati para petani warga sepanjang bantaran sungai terpanjang di Pulau Jawa ini. Ratusan hektar lahan persawahan sejak penghujung 2016 hingga kini masih tergenang luapan air bengawan.

Praktis tak ada kegiatan pengolahan lahan, apalagi untuk bercocok tanam padi. Bahkan banjir akhir tahun kemarin telah meludeskan tanaman padi di Baureno, Kanor, Balen, Trucuk, Kalitidu, dan lainnya yang tinggal sekejap lagi panen raya, gagal panen, ludes. Milyaran rupiah pun amblas ketika itu.

“Saat ini memang terhitung tidak banjir, tapi itu di lokasi permukiman. Kalau di sawah ya ‘kedelep‘ (tenggelam, Red),” ungkap Harianto (48), warga lainnya.

Asuransi pertanian yang awalnya digadang-gadang dan diharapkan mampu menjadi ‘tombo’ petani yang padinya hancur kabarnya juga tak kunjung cair. Ibarat jauh panggang dari api, asuransi pertanian itu tak lebih hanya bayang ilusi.

“Ruwet, mbulet belum cair hingga saat ini. Padahal janjinya maksimal 2 minggu pasca gagal panen akan langsung cair. Nek nggak mbel,” katanya, mengungkapkan kesal.

Bahkan, para petani yang ikut asuransi tersebut mendapat kabar nanti bakal ada pemotongan 10 persen dari total uang jaminan asuransi senilai Rp6 juta perhektar  jika dalam lahan 1 hektar itu ada pematang petak atau tidak hamparan langsung.

“Lho mana ada petani yang memiliki luas sawah 1 hektar los, tanpa petak-petak dan pematang. Ini patut diduga akal-akalan pihak asuransi, emboh lah,” sahut pemilik warung kopi yang sedari tadi hanya menyimak. (Saiq/Red/TJ)

Subscribe

Terimakasih Telah Berlangganan Berita Teras Jatim